Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jangan Sampai Keracunan Parasetamol Saat Berpuasa

21 Agustus 2011   22:16 Diperbarui: 25 Juli 2018   12:32 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pusing kepala mau lebaran gak punya duit?  Sakit kepala karena ongkos mudik belum jelas?  Kalau itu penyebabnya, jangan dulu buru-buru beli obat puyeng di warung sebelah! 

Obat sakit kepala biasanya mengandung parasetamol, apapun merk dagangnya. Konon karena relatif aman, konsumsi senyawa ini sebagai obat sudah demikian populer.  Parasetamol adalah obat yang sangat akrab bagi masyarakat di Indonesia bahkan di dunia. 

Distribusi parasetamol dalam berbagai jenis dan merk obat  sudah sangat meluas, dari apotek, toko obat, hingga di warung tetangga. Bentuk fisik dapat berupa tablet (pil) atau sirup, terutama untuk konsumsi anak-anak. Manfaat obat yang mengandung parasetamol alias asetaminofen ini adalah sebagai pereda rasa sakit, misalnya pada obat sakit kepala, flu, demam atau sakit gigi. 

Namun hati-hati, dosis yang aman per hari adalah maksimum 4 g untuk dewasa, dan 90 mg/kg pada anak-anak. Berarti untuk anak dengan berat 20 kg, dosisnya yaitu 1,8 g; sedangkan kalau 30 kg, dosisnya 2,7 g. Untuk itu perhatikan komposisi obat yang tertera dalam kemasan. Harap  diwaspadai pula, dosis ini dapat lebih rendah lagi dalam kondisi tertentu, misalnya saat berpuasa, gangguan makan, penderita kurang gizi, dan pecandu alkohol. 

Bagi muslim dewasa di bulan Ramadhan mungkin sebaiknya tidak berpuasa dulu kalau memang harus meminum obat yang mengandung parasetamol ini dengan niat menggantinya di hari lain. Atau, menggunakan obat alternatif  yang lebih aman yang tidak mengandung parasetamol seperti obat-obatan tradisional (untuk diminum  saat sahur maksudnya). 

Overdosis Parasetamol?

Keracunan atau overdosis parasetamol sulit dideteksi bahkan hingga 24 jam setelah minum obat.  Gejala yang mungkin muncul antara lain seperti mual-mual, muntah, sakit perut, atau kehilangan nafsu makan. Jika tingkat overdosisnya parah, gejala yang muncul antara lain: suhu tubuh lebih rendah dari suhu normal (hipotermia), tekanan darah turun, sakit perut, keringat berlebih, kadar gula turun (hipoglikemia), kadar protrombin turun, kejang-kejang, bola mata dan kulit menguning (jaundice), perasaan bingung yang akut (delirium), bahkan hingga koma. 

Orang dewasa yang kecanduan atau ketergantungan parasetamol biasanya sudah kurang atau tidak peduli lagi pada dosis dan takaran obat berparasetamol ini. Semakin nyeri sakit yang diderita, atau semakin ingin cepat kesembuhan diperoleh, semakin banyak dan sering obat tersebut diminum. Nah, ini yang berbahaya jika yang bersangkutan juga tetap berpuasa atau mengalami gangguan pola makan. 

Hal itu dapat terjadi karena konsumsi obat sangat berkaitan dengan mekanisme pencernaan tubuh kita. Efek lebih jauh lagi yang perlu dikhawatirkan adalah terjadinya kerusakan ginjal atau hati. Niat mengobati sakit kepala malah sakit hati, jadi tambah repot kan? Apalagi kalau memang sebelumnya sudah "sakit hati" dan berniat menyelesaikan hidup dalam waktu sesingkat-singkatnya, ini lebih gawat lagi. Obat pun dapat beralih fungsi jadi racun! 

Bagaimana kalau terlanjur kejadian overdosis parasetamol? Tentu sebaiknya segera hubungi dokter atau klinik terdekat. Jika keracunan  masih dalam kisaran 1 jam setelah obat diminum, dapat dilakukan cuci lambung (gastric lavage). Karbon aktif (misalnya tablet Norit) juga dapat bermanfaat kalau kejadian berlangsung masih dalam rentang waktu 8 jam. Intinya, lebih cepat ditangani, lebih baik. 

Jangan bersahabat dengan parasetamol! 

Bagi orang-orang tertentu, parasetamol bagai sahabat karib saja. Barangkali dalam isi tas pun tersedia obat ini, tidak hanya dalam laci atau kotak obat di rumah. Walaupun memang si asetaminofen ini sejatinya adalah obat, akan tetapi kalau tidak diminum sesuai takaran tentu jadi bumerang. Overdosis taruhannya seperti yang diceritakan tadi. 

Justru bagi yang sudah ketergantungan, sebaiknya perlahan-lahan mengurangi dosis yang biasa diminum. Gangguan sakit kepala yang sering muncul dapat dikurangi dengan pola hidup lebih sehat, rileks, menjauhi stress, bersosialisasi, atau melakukan hobi yang diminati. Kegiatan yang bermanfaat dapat mengurangi penyebab atau pemicu penyakit yang kita derita. Kalau sakit kepala menjauh, tak usahlah lagi berlama-lama menjalin karib dengan parasetamol ini! 

Sumber: healthhype.com 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun