Pada tahun 2019, diabetes menjadi penyebab langsung 1,5 juta kematian dan 48% dari seluruh kematian akibat diabetes terjadi sebelum usia 70 tahun. 460.000 kematian akibat penyakit ginjal lainnya disebabkan oleh diabetes, dan peningkatan glukosa darah menyebabkan sekitar 20% kematian kardiovaskular. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Berdasarkan Riskesdas 2018, Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi dengan peningkatan prevalensi tertinggi sebesar 0,9%. Prevalensi diabetes meningkat seiring bertambahnya usia dan terus meningkat setiap tahunnya. Penyakit ini menjadi penyebab utama kebutaan, penyakit jantung, dan gagal ginjal.
Diabetes adalah penyakit kronis (yang telah terjadi secara menahun) yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur glukosa darah. Penegakan diagnosa diabetes dapat ditandai dengan pemeriksaan glukosa darah dengan bahan plasma darah vena. Salah satu kriteria diagnose diabetes dengan kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dengan gejala diabetes yang khas yaitu : sering kencing, cepat lapar, dan sering haus.
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan lifestyle atau gaya hidup. Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Hal ini menunjukan bahwa gaya hidup/ lifestyle yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk dengan obesitas mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obesitas.
Diabetes mellitus memiliki faktor resiko pencetus yang berkontribusi terhadap kejadian diabetes mellitus. Faktor ini mencakup faktor yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat di modifikasi. Faktor risiko terjadinya diabetes yang tidak dapat dimofikasi seperti : ras, etnik, umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga dengan diabetes mellitus. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti: obesitas, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, diet tidak sehat, dan merokok.
Kabupaten Lebak merupakan salah satu daerah yang berlokasi di Provinsi Banten dengan peningkatan prevalensi diabetes setiap tahunnya. Hal ini diperkirakan karena perubahan gaya hidup dan kurangnya deteksi dini dan edukasi mengenai penyakit diabetes. Oleh karena itu, Kelompok 35 KKM Tematik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berlokasi di desa tamansari, Kabupaten Lebak, mengadakan pemeriksaan glukosa darah gratis bagi masyarakat. Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan deteksi dini diabetes di masyarakat. Selain itu, kegiatan ini diselingi dengan edukasi mengenai tanda gejala diabetes dan cara menanggulangi diabetes.
Kegiatan pemeriksaan glukosa darah di desa tamansari Lebak mencakup pemeriksaan glukosa darah secara gratis bagi masyarakat umum. Lokasi pemeriksaan di lakukan di posyandu kp.Manggu dan berkeliling di sekitar desa. Kegiatan ini dilakuakan bersamaan dengan edukasi mengenai diabetes dan pentingnya mengenali tanda gelaja diabetes dan bagaiamana cara pencegahannya. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah deteksi dini terhadap kejadian diabetes di masyarakat dan meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai bahaya diabetes.
Penulis: Kelompok 35 Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Gelombang 1 Tahun 2023
Penyunting: Agung Satrio Wicaksono, S.Mat., M.Si.
REFERENSI