(2). Mempersepsikan dan memaknai watak imperialisme yang dipraktekkan kolonial Belanda;
(3). Pandangan atas arah dan tujuan yang harus dicapai di masa mendatang.
Keinginan kolonial Belanda dan kaki tangannya yaitu priyayi atas dalam memanfaatkan profesi dokter sebagai priyayi rendahan untuk kepentingan imperialisme ternyata gagal total karena elit dokter yang terbentuk justru lebih banyak berpihak pada rakyat. Walaupun memiliki strata sosial yang lebih tinggi dibanding rakyat jelata tetapi mereka memiliki rasa nasionalisme dan keberanian bersikap. Hal ini sudah terbentuk saat pendidikan dokter STOVIA.
Mereka tidak hanya mempelajari ilmu kedokteran saja, tetapi mempelajari banyak ilmu sosial dan politik serta berinteraksi langsung dengan rakyat. Terbukti walaupun banyak yang pemuda yang tidak tamat pendidikan STOVIA semisal Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) mereka tetap kritis dan berperan aktif melakukan perubahan kebangsaan. Sebagian yang lain walaupun lulus sebagai dokter mereka tetap memperhatikan masalah lain di luar kesehatan. Lewat tulisan dan organisasi mereka para dokter dan mantan pelajar STOVIA banyak melakukan perubahan.
Dokter Indonesia Bangkit dan Bersatu Dengan Rakyat
Sudah semestinya profesi dokter kembali pada garis perjuangan bersama rakyat. Dokter semestinya bukan sekedar alat kekuasaan apalagi alat kapitalis asing. Kata pengabdian bukan ditujukan kepada Penguasa yang zalim dan dukungan profesi terhadap kesehatan hanyalah untuk rakyat semata. Wajar kalau suatu saat rakyat dan profesi dokter bersatu MENUNTUT SEBUAH SISTEM YANG PRO RAKYAT, sebuah kebutuhan bangsa sekaligus kewajiban negara untuk menjalankannya. Bagi dokter Indonesia saat ini tidak ada pilihan lain selain berjuang bersama dan untuk rakyat.
Apakah pemerintah masih membutuhkan dokter di negeri ini ?
Cepat atau lambat kebenaran akan terungkap dan rakyat pada akhirnya akan tahu MENGAPA DOKTER HARUS TURUN KE JALAN !!!
31 Oktober 2016
Agung Sapta Adi
Dokter Indonesia Bersatu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H