Kegiatan berkumpul bersama terkadang disoroti dengan sudut pandang yang berbeda, karena tidak dipungkiri dan memang benar adanya terdapat beberapa komunitas yang mengisi waktu berkumpulnya dengan beberapa hal yang secara norma memang tidak layak jika dilihat masyarakat. Lantas apa yang layak disoroti?
Selain agenda pertemuan yang biasanya mengambil titik pertemuan di sebuah sisi sebuah jalan atau lokasi, agenda perjalanan berombongan atau yang akrab disebut touring acap kali mendapat cibiran dari sesama pengguna jalan. Kecenderungan berkendara beriringan dalam jumlah yang tidak sedikit dibumbui dengan keinginan mendapatkan keutamaan di jalan seringkali dianggap merugikan bagi para pengguna jalan.Â
Apalagi jika ditambah gaya berkendara salah satu anggota yang cukup menarik perhatian, entah dari caranya meminta jalan, sampai unjuk kelenturan otot tangan dalam memainkan kabel gas di genggaman. Sikap-sikap inilah yang memicu timbulnya anggapan bahwa komunitas motor hampir serupa dengan geng motor yang meresahkan.
Sebagai penikmat, penggemar serta pecinta otomotif dan berkendara sudah kewajiban kita untuk ikut menjaga kesan yang ada. Menjadi pengendara yang santun serta menjaga sikap ketika berada di jalan dan melakukan perjalanan. Marwah bahwa komunitas didirikan untuk menyalurkan kegemaran harus kita lestarikan dengan semangat persaudaraan.
Mengatur perjalanan agar tidak menimbulkan kemacetan tambahan serta menunjukkan sikap toleransi terhadap sesama pengguna jalan adalah kewajiban. Mewujudkan kegiatan yang bermanfaat adalah syarat jika komunitas ingin dianggap bermartabat.
Kalau bukan kita lalu siapa lagi. Tetap utamakan keselamatan bukan kecepatan. Jadikan setiap kegiatan memiliki arti bukan menjadi bahan caci.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H