Mohon tunggu...
agungribowo
agungribowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Magister Informatika

Selanjutnya

Tutup

Financial

Kenaikan PPN 12% Mulai Januari 2025 dan Dampaknya terhadap IHSG

24 Januari 2025   21:27 Diperbarui: 24 Januari 2025   21:27 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% mulai Januari 2025 merupakan kebijakan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan penerimaan negara. Meski bertujuan positif untuk memperkuat anggaran dan mendukung pembangunan nasional, kebijakan ini membawa konsekuensi yang signifikan bagi ekonomi, khususnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Dampak Langsung Kenaikan PPN terhadap IHSG

Kenaikan PPN berpotensi memberikan tekanan pada sektor konsumsi, yang merupakan salah satu pendorong utama perekonomian Indonesia. Mengingat kontribusi besar konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), kenaikan pajak ini dapat memengaruhi daya beli masyarakat. Dengan harga barang dan jasa yang meningkat akibat pajak yang lebih tinggi, konsumsi domestik berisiko melambat.

Di pasar saham, sektor barang konsumsi (consumer goods) cenderung menjadi yang pertama merasakan dampak dari kebijakan ini. Saham-saham seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) berpotensi mengalami tekanan karena ekspektasi penurunan volume penjualan akibat pelemahan daya beli masyarakat.

Selain itu, sektor ritel yang bergantung pada belanja masyarakat, seperti PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), juga kemungkinan akan mengalami pelemahan harga saham. Hal ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap potensi penurunan pendapatan perusahaan di sektor tersebut.

Designed by Freepik
Designed by Freepik

Potensi Tekanan Inflasi dan Implikasinya terhadap Pasar Saham

Kenaikan PPN juga meningkatkan tekanan inflasi, terutama dalam jangka pendek. Jika inflasi meningkat, daya beli masyarakat bisa semakin tertekan, dan ini menciptakan sentimen negatif di pasar saham. Sektor keuangan, terutama perbankan, mungkin terpengaruh jika permintaan kredit melambat akibat daya beli yang lebih rendah.

Di sisi lain, sektor infrastruktur dan utilitas publik seperti PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dapat mengalami tekanan yang lebih ringan, mengingat kebutuhan terhadap layanan tersebut cenderung tidak elastis terhadap perubahan harga.

Peluang di Tengah Tekanan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun