Waktu yang dimiliki manusia adalah umurnya yang hakiki. Waktu juga modal untuk meraih kehidupan nan abadi dalam kenikmatan yang kekal ( surga ), di sisi lain juga modal untuk kehidupan yang sengsara dalam adzab yang pedih. Waktu berlalu lebih cepat dari awam berarak. Maka, barang siapa yang berhasil menjadikan waktunya untuk ALLAH dan bersama ALLAH, itulah kehidupan dan umurnya yang sejati.Â
Dan waktu yang tidak digunakan untuk ALLAH tidaklah dihitung sebagai bagian dari kehidupannya, walaupun dia hidup tapi kehidupannya laksana kehidupan binatang ternak. Bila seseorang menghabiskan waktunya penuh dengan kelalaian, syahwat dan angan-angan hampa atau waktunya yang paling banyak digunakan untuk tidur dan leha-leha, maka bagi orang semacam ini "mati" lebih baik dari pada hidup.
" Waktu itu laksana pedang, bila engkau tidak (menggunakannya untuk) menebas, dialah yang akan menebas (leher)mu. "
 Dan dirimu, bila tidak engkau sibukkan dengan kebenaran, maka dialah yang akan menyibukkanmu dengan kebatilan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H