Dr. Leimena, Pejuang Kemerdekaan Pejuang Kesehatan Bangsa Indonesia
oleh: Agung Pribadi (Historivator)
“ Kalau aku menjadi dokter dan mengobati orang bisa menyelamatkan 1 jiwa, tapi kalau aku memimpin revolusi bisa menyelamatkan jutaan jiwa!” Demikian kata-kata Sun Yat Yen seorang dokter yang memimpin revolusi Cina.
Di Indonesia para dokter juga mempunyai peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan, antara lain dr. SUtomo, dr. Cipto Mangunsusumo dan dr. J. Leimena. Yang akan kita bahas adalah dr. J. Leimena salah seorang pendiri Partai Kristen Indonesia yang mempunyai rekor menjadi menteri selama 21 tahun berturut-turut tanpa terputus. Sebuah prestasi yang menjukkan bahwa ia bukan orang yang biasa-biasa saja. Bahkan saat itu ada ungkapan, “Siapapun yang jadi Perdana Menteri nya, menterinya pasti Leimena”.
Pada tanggal 10 November 2010 ia diberi gelar pahlawan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Leimena sudah aktif di pergerakan ketika masih sekolah menengah di MULO di mana ia menjadi ketua Pergerakan PEMUDA Kristen Indonesia. Kemudian ketika ia sekolah di STOVIA (sekolah tinggi kedokteran) ia menjadi angggota Pergerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (Christen Studenten Vereniging – CSV). Iapun menjadi anggota Jong Ambon dan ikut dalam Kongres Pemuda kedua yang melahirkan SUmpah Pemuda serta menjadi panitia Kongres itu. Pada saat itu orang Maluku lebih bangga kalau dicap sebagai Belanda, tapi Leimena memilih menjadi Bangsa Indonesia dan melahirkan Sumpah Pemuda.
Ketika mengecap pendidikan di STOVIA ini, Leimena mulai mengenal isu nasionalisme. Karena kurangnya keprihatinan kalangan Kristen terhadap nasib bangsa, membuat Leimena terdorong untuk aktif di "Gerakan Oikumene” dan memasyarakatkan nasionalisme Indonesia di gerakan Kristen ini. Ia ingin mengubah pandangan orang Kristen yang tidak mau aktif dalam perjuangan memerdekakan Indonesia, ia ingin orang-orang Kristen aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Asvi Warman Adam, seorang sejarawan LIPI menulis, “Leimena menganjurkan agar orang-orang Kristen menjadi warga negara yang bertanggung jawab, menjadi “garam” dan “terang dunia”. Dalam makalahnya “Kewarganegaraan yang bertanggung jawab”(1955), Leimena mengutip pendapat Evanston yang mengatakan, “Masyarakat yang bertanggung jawab ialah masyarakat di mana kemerdekaan adalah kemerdekaan dari orang-orang yang mengakui bertanggung jawab kepada keadilan dan ketertiban umum dan di mana mereka yang memegang kekuasaan politik dan ekonomi bertanggung jawab dalam menjalankan kekuasaan itu kepada Tuhan dan kepada rakyat.” (Okezone.com 28 Oktober 2010)
Leimena terkenal sebagai orang yang selalu memikirkan orang lain. Dalam Perang Kemerdekaan Ruslam ABdulgani yang ditahan Belanda dalam keadaan luka pernah bertemu Leimena yang juga ditahan, langsung Leimena berteriak-teriak kepada dr. Belanda utk memberikan suntikan tetanus kepada Ruslan, Leimena lalu dibentak oleh tentara Belanda, tapi dokter Belanda kemudian memberikan suntikan tetanus kepada Ruslan.
Ketika istana dikepung tentara tak dikenal tgl 11 Maret 1966 dan Bung Karno pergi dengan helikopter ke Istana Bogor, Subandrio pergi juga mengikuti Bung Karno, Leimena tetap tinggal dan memimpin rapat cabinet karena menurutnya harus ada yang bertanggung jawab meneruskan rapat walaupun resikonya kalau tentara itu menyerbu adalah nyawa.
Ali Sadikin terpilih sebagai gubernur DKI karena saran Leimena kepada Bung Karno dan Jakarta mengalami kemajuan pesat di bawah kepemimpinan Ali Sadikin.
Leimena juga berperan membuat tokoh-tokoh RMS (Republik Maluku Selatan) menjadi insyaf. Dalam pemberontakan separatis RMS Leimena diutus untuk menginsafkan rakyat bahwa Republik Indonesia juga milik rakyat Maluku. Dr Pattiradjawane yang menjadi menteri kesehatan RMS kemudian kembali ke pangkuan ibu pertiwi dan kemudian membantu nDinas Kesehatan Angkatan Darat di Rumah Sakit Tentara, Ambon.
Sebelum meninggal tanggal 29 Maret 1977, Leimena sebagai seorang yang pernah menjadi Menteri kesehatan 8 kali dan Menteri Muda kesehatan 2 kali, duduk dalam Panitia Sejarah Kesehatan Indonesia 1945-1975. Ia ditunjuk oleh Menteri kesehatan saat itu, Siwabessy sebagai ketua Panitia Penyusunan Sejarah Kesehatan Indonesia.
Keteladanan Leimena adalah orang yang teguh memegang prinsip walaupun ia harus menentang arus.
****************
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H