Kelakuan Nurdin Khalid dan PSSI sama persis dengan kelakuan penjajah Belanda
oleh:Â Agung Pribadi
Sejarawan dan Motivator
Akhir-akhir ini sedang heboh adanya dua kompetisi sepakbola di Indonesia yaitu Liga Super Indonesia (LSI) dan Liga Primer Indonesia (LPI) . Bahkan dengan arogannya Nurdin Khalid mengeluarkan Irfan Bachdim dari tim nasional karena klubnya -PERSEMA, Malang- memilih mengikuti LPI dan bukannya LSI yang berada di bawah PSSI. Peristiwa yang mirip ini pernah terjadi sebelum dan ketika Indonesia mengikuti Piala Dunia tahun 1938
Pada Tahun 1938 Indonesia pernah ikut Piala Dunia Sepakbola. Pada Waktu itu namanya Hindia-Belanda. Pada saat itu di Indonesia ada 2 induk organisasi olahraga sepakbola yaitu PSSI (Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia) yang bentukan bangsa INdonesia dan NIVU (Nederlandsh Indische Voetbal Unie) bentukan pemerintah Belanda dan bangsa Belanda.
PSSI yang diketuai oleh Soeratin saat itu menuntut supaya tim bentukan PSSI lah yang berangkat ke Piala Dunia karena PSSI lah yang merupakan representasi bangsa INdonesia. Sementara NIVU menganggap merekalah yang berhak berangkat karena walaupun mereka bentukan Belanda tetapi organisasi merekalah yang diakui oleh FIFA. Kemudian terjadilah perdebatan dan ngotot-ngototan.
Soeratin kemudian menantang tim NIVU untuk melawan tim PSSI sebagai jalan keluar yang dianggap paling fair sebelum memutuskan tim mana yang akan berangkat. NIVU setuju. tetapi beberapa saat sebelum berangkat ke Piala Dunia NIVU mengkhianati perjanjian dan membatalkan secara sepihak pertandingan ini dan memberangkatkan tim pilihan NIVU. Tapi supaya tidak dihujat oleh dunia olahraga Internasional dan sebagai kompromi NIVU selain membawa bangsa Belanda juga membawa orang-orang pribumi dan Tionghoa. Tapi merekapun berasal dari karyawan-karyawan di perusahaan Belanda.
NIVU - Yang pengurusnya adalah para penjajah Belanda- dengan arogannya menganggap PSSI ilegal dan anggota-anggotanya tidak boleh bermain mewakili tim nasional sama persis seperti kelakuan Nurdin Khalid, ketua PSSI saat ini yang melarang pemain-pemain anggota LPI bermain untuk tin nasional membela bangsa.
NIVU padaa saat itu tidak berani bertanding melawan PSSI juga karena PSSI adalah tim yang kuat terutama kipernya R. Maladi. mereka tidak perduli kepentingan nasional lebih penting. Kalau peduli justru mereka seharusnya mengikutsertakan pemain-pemain PSSI untuk ikut bertanding. Persisi sama seperti kelakuakn PSSI 81 tahun kemudian yaitu tahun 2011 yang tidak perduli kepentingan nasional memecat pemain sebagus apapun hanya karena timnya bergabung dengan Liga Primer Indonesia.
Hasilnya dalam babak pertama Indonesia kalah 0-6 dari Hungaria. Saat itu menggunakan sistem gugur jadi Hindia-Belanda (Indonesia) langsung tersisih.
Apakah timnas PSSI tahun 2011 juga akan mengalami kekalahan karena ke-aroganan ketua dan pengusrus-pengurusnya seperti yang dialami oleh NIVU? kita lihat saja.