Mohon tunggu...
Agung Abu.Hikam.DASS.FAST
Agung Abu.Hikam.DASS.FAST Mohon Tunggu... -

Orang bodoh yang tak kunjung pintar, bisanya hanya membanggakan nusantara lama.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membuka Hubungan Diplomatik dengan Israel ?

26 Juli 2015   09:34 Diperbarui: 26 Juli 2015   09:34 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kasus Tolikara tentang perayaan Idul Fitri menghiasi berita utama beberapa surat kabar selama seminggu ini. Di susul kemudian maraknya Bendera dan simbol Israel terlihat begitu tiba di Kabupaten Tolikara, Papua. Simbol Bintang David itu seolah tak asing bagi masyarakat sekitarnya. Informasi yang di dapatkan yaitu salah satu pihak yang terlibat dalam kasus seputar perayaan Idul Fitri yaitu GIDI dekat dengan Israel. Bahkan salah satu pendeta dari Israel datang mengisi acara seminar di Kabupaten Tolikara tersebut.

Israel merupakan salah satu negara yang banyak mendapat kecaman dan permusuhan dalam dunia muslim. Penjajahannya terhadap Palestina membuat mereka susah bahkan cenderung tertutup untuk membangun hubungan Diplomatik dengan beberapa Negara Muslim terutama Indonesia. Solidaritas yang terbangun selama ini menciptakan stigma anti Israel dan hukumnya haram bagi beberapa fihak untuk melakukan hubungan baik diplomatik dan perdagangan. Parahnya di Indonesia dengan perkembangan Industrinya sangat membutuhkan beberapa teknologi, bahan kimia dan lain-lainnya dari negara Israel. Tidak ada hubungan dengan Israel dalam bidang perdagangan ini pada akhirnya menciptakan dan dinikmati hasilnya oleh para blantik , makelar” atau broker perdagangan seperti Amerika, Singapura, China, Jerman, Australia dan Belanda. Bukan lagi menjadi rahasia umum bahwa jauh sebelumnya kita pernah melakukan perdagangan dengan Israel meskipun itu sebuah pembelian pesawat tempur dan latihan militer. Dan sebagian besar masyarakat kita tidak tahu akan begitu besar ketergantungan kita akan kemajuan Israel di bidang energi dan serta produk-produk mereka.

Pilihan untuk membela dan aksi solidaritas kepada Palestina untuk mendapatkan haknya dan membangun hubungan diplomatik untuk masa depan Bangsa Indonesia merupakan pilihan sulit. Tahun 2000 ketika Presiden ke 4 Indonesia mengeluarkan ide tentang membangun hubungan diplomatik dengan Israel mendapat tantangan keras bahkan tidak sedikit pula yang mengeluarkan ancaman-ancaman terhadap Presiden ke 4 tersebut. Tanpa menimbang keuntungan maupun kerugian membangun hubungan diplomatik tersebut, banyak masyarakat langsung menutup dengan stigma solidaritas Palestina dan Bangsa Yahudi.

Persoalan sinisme Bangsa dan Agama kadangkala sedikt banyak sudah sedemikian mencekeram daya pikir dan nalar Masyarakat Indonesia. Disamping itu infiltrasi bangsa lain dengan melalui penjajahan ekonomi tidak dipelajari dengan secara seksama dan cenderung membenarkan diri atas pendapat saat ini berkembang. Kasus Tolikara yang mungkin bukan satu-satunya saja yang ada di Indonesia seharusnya memberikan dan menjadikan rekontruksi pemikiran atas asas politik bebas aktif. Jika kran hubungan diplomatik tidak dibuka, ini akan tetap menjadikan sarana pembodohan terhadap masyarakat. Sampai detik ini kita tidak mengetahui sebenarnya siapa Israel dan apa yang terjadi dengan sosio budaya politik di sana. Sumber informasi yang beredar di Indonesia hanya melalui satu sisi yaitu dari fihak-fihak yang mendukung perolehan kembali Hak Palestina, sedangkan tentang sisi yang lainnya kita buta.

Negara ini punya lembaga negara yang mengurusi masalah intelejen, keamanan dan keutuhan negara serta diplomatik yang kita yakini bahwa mereka sudah melakukan yang terbaik dan sangat hati-hati. Informasi-informasi mereka lebih cepat dan tepat daripada dari apa yang berkembang di media massa maupun media sosial. Antisipasi dan kebijakan sudah menjadi kewajiban dan tugas keseharian dan yang seharusnya tidak dilupakan adalah peran ulama atau ahli ilmu dalam memberikan pandangan serta nasehat-nasehat dalam membangun keunggulan diplomatik dalam kancah Internasional. Dan Israel dengan daya lobi Internasionalnya merupakan salah satu negara berpengaruh di dunia. Jika memang ada beberapa kekurangan dari Negara Israel, hal itu merupaka kewajaran karena tidak ada yang sempurna namun apakah Bangsa Indonesia tidak menginginkan tentang sisi baiknya atas keberadaan dan keadaan Negeri Israel. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, membangun masyarakat yang berdisiplin dan cerdas dalam bertindak, pertanian yang luar biasa merupakan salah satu keberhasilan pembangunan manusia dalam hal keduniawian. Apakah salah jika kita mengirimkan anak-anak pintar kita menimba ilmu di Negara Israel? Atau karena keadaan seperti ini lebih di sukai oleh sebagian orang untuk menguasai hegemoni keuntungan ekonomi di negeri ini.

Jikapun hubungan diplomatik tersebut dibuka tidak mengurangi kewaspadaan kita akan sepak terjang mereka. Hubungan diplomatik tersebut dibuka agar kita menjadi ajang benturan terus menerus, menjadi obyek penderita atas ketertutupan kita serta mampu melihat lebih jauh Negara Israel baik itu sebagai patner maupun sebagai pihak yang bertentangan sekaligus mengurangi gerakan bawah tanah mereka di seantero negeri. Sebelum itu dilakukan alangkah baiknya Masyarakat Muslim negeri ini melakukan Istikoroh dan serta bermusyawarah dengan Alim Ulama menimbang baik buruk, untung rugi berhubungan diplomatik dengan Negara yang bernama Israel.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun