Mohon tunggu...
Agung Abu.Hikam.DASS.FAST
Agung Abu.Hikam.DASS.FAST Mohon Tunggu... -

Orang bodoh yang tak kunjung pintar, bisanya hanya membanggakan nusantara lama.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Simbolisasi Al Qur’an dan Kekuasaan

29 Mei 2014   04:49 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:00 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perang Shiffin di tahun 657 antara Ali Bin Abu Thalib dan Muawiyah Bin Abu Sofyan merupakan perang saudara dalam Islam terbesar. Yang pengaruhnya sangat besar di kemudian hari khususnya tentang menjalankan dan pergantian kekuasaan serta banyaknya sahabat Rasullullah SAW yang keluar dan berdiam diri di rumah guna menghindari fitnah yang besar.

Ketika pasukan Muawiyah terdesak akibat serangan pasukan Ali, sahabat Amru Bin Ash yang terkenal cerdik dan pandai menancapkan 500 Al Qur’an diatas tombak dan diangkat tinggi-tinggi dan menjerit, "Undang-undang Tuhan! Ini akan memutuskan di antara kita!" guna sebagai pertanda adanya Islah atau perundingan. Dimulainya zaman simbolisasi Al Qur’an.

Dengan kecerdikannya pula perundingan dijalankan pada bulan Februari 658 di Dumat Al Jondel memenangkan pihak Muawiyah dalam hal kepemimpinan atau kekhalifahan setelah Abu Musa Al Asyari berpidato terlebih dahulu dengan mengundurkan Ali dari tampuk kekhalifahan. Ada sebagain pendukung Ali yang tidak terima dengan hasil ini dan kemudian memcahkan diri dari kelompok Ali. Kelompok inilah yang di kemudian hari di kenal dengan kelompok Khwarij yang merasa dirinya paling memahami dan mengerti Al Qur’an, yang apa-apa harus Al Qur’an tanpa penelahan lebih lanjut dan terkenal suka mengkafirkan yang tidak sependapat. Kekuasaan harus dengan Al Qur’an. Memerintah dengan Al Qur’an. Dan membunuh seenaknya dengan alibi Al Qur’an

Abd al- Malik ibn Marwan, Khalifah ke 5 Bani Umayah yang menurut Ibnu Khaldun Pemimpin terbesar Kekhalifahan Muslim setelah Nabi Muhammad SAW dan Umar Ibnu Al Khattab.Di umpamakan dengan Negara saat ini maka pemerintahan Abd al Malik ibn Marwan mampu menjadikan Kekhalifahannya seperti Negara Cina saat ini. Mata Uangnya digunakan sebagai patokan,Bahasa Arab menjadi bahasa Internasional, Tentaranya paling di takuti dan produk perdagangan dan industrinya menguasai dunia.

Sahabat Ibnu Umar pernah berujar ketika ditanya penduduk Madinah tentang siapa yang bisa dimintai pendapat tentangfikih.Sahabat Ibnu Umar menunjuk Abd al- Malik ibn Marwan sepeninggalan para sahabat yang bisa dimintai pendapat fikih. Artinya secara hukum Islam Abd al- Malik merupakan ulama Fikih. Namun setelah di angkat menjadi Khalifah yang pertama kali di lakukan adalah bercerai dengan Al qur’an. Ucapannya yang terkenal ketika di baiat “ inilah persentuhanku denganmu ( Al Qur’an ) terakhir kali”, “ siapa saja yang menegurku maka akan ku penggal kepalanya” dan sarapannya setiap pagi adalah memanah Al Qur’an. Kesimpulannya pemerintahannya tidak dengan simbolisasi Al Qur’an namun prestasinya luar biasa. Kekhalifahan Terluas sepanjang sejarah Empire Of Fight Islam. Baitul Malnya terbesar sepanjang sejarah pemerintahan Muslim.

Di Indonesia yang sekarang ini gemar sekali, hobi berdasarkan atas Al Qur’an dan hadist sebatas teoritis, sebatas tekstual entah kontekstualnya. Artinya seorang yang jujur lebih tidak di hargai ketimbang orang yang bisa mendalil namun kelakuannya korupsi.Bahkan pemilihan Presidennya di adu dengan bisa baca al Qur’an atau tidak, bisa memimpin Shalat Jama’ah atau tidak , intinya isu Agama Islam dan tingkat kemuslimannya sangat sensitif dan berpengaruh besar. Tindakan-tindakannya harus di atur sedemikian rupa agar pencitraannya sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadsit. Tapi kelakuannya sehari hari entahlah. Padahal yang di perlukan sebagai seorang pemimpin adalah Adil.

Jika seseorang mau berbuat Adil maka Al Qur’an dan Hadist pun sudah menjadi akal, pikiran dan jiwanya. Ada baiknya kita mencoba mengurangi simbolisasi Al Qur’an dalam acara-acara perebutan kekuasaan kita. Bisa jadi tidak beresnya keadaan negara dan masyarakat ini di sebabkan kita sering melecehkan Al Qur’an tanpa sadar. Al Qur’an hanya digunakan sebagai tameng untuk meraih dunia. Di ikuti dengan Sholat yang bukan mutlak menghamba namun Sholat agar dianggap baik dan khusyu menurut khalayak ramai. Riya sudah menjadi hal lumrah dan merupakan syarat wajib pencitraan. Setan dan iblis sudah benar-benar menjadi pensiun di zaman ini. Yang sangat kutunggu adalah ketika ada seorang pemimpin di lantik dia bersumpah dengan pistol di keningnya namun secara tak kasat mata Al Qur’an ada di hatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun