Mohon tunggu...
Agung Pratama
Agung Pratama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Pegiat isu sosial, politik, gender, dan media. netizen barbar tapi kritis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Menjauhi Sikap Self-Sentris

3 Januari 2022   07:00 Diperbarui: 26 April 2022   23:16 4589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi berdiskusi (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA) 

Tak mengapa jika kita pernah berpikir bahwa apa yang kita tahu adalah sebuah kebenaran yang layak diikuti orang lain, manusia memiliki proses yang panjang untuk memahami berbagai sudut pandang. 

Setelah melalui ragam proses hidup dan variasi perilaku orang-orang sekitar pada akhirnya kita mengerti bahwa kita bukanlah satu-satunya orang yang benar, kita bukanlah satu-satunya kelompok yang layak menjadi panutan di dunia.

Contoh perilaku self-sentris dari twitter @adrianoqalbi
Contoh perilaku self-sentris dari twitter @adrianoqalbi

Lalu mengapa menghindari perilaku self-sentris ini penting? 

Adalah karena untuk menyelamatkan diri dari sifat antipati. memiliki empati merupakan sifat dasar manusia yang hendaknya ada dalam setiap sanubari supaya  menjadi manusia yang arif dalam kehidupan sosial. 

Percayalah akan ada banyak orang yang selamat dari tekanan batin apabila kita memiliki rasa empati yang tinggi dan mau memahami lebih banyak sudut pandang. 

Ada beberapa cara yang bisa kita aplikasikan agar tidak menjadi orang yang self-sentris, antara lain:

1. Biasakanlah untuk tidak merasa lebih tahu

Hanya karena kamu pernah mengalami hal yang serupa dengan lawan bicaramu, bukan berarti caramu menyelesaikan masalahmu juga tepat bagi mereka, bisa saja kita mengalami masalah yang sama tetapi keadaan yang sangat berbeda.

2. Jangan meremehkan masalah mereka

Jaga nada bicaramu ketika seseorang telah memercayaimu. Jangan mengeluarkan kata-kata seperti "ah masa gitu doang", "yaelah itu mah gampang", "loh harusnya bisa diginiin kan".  Pada akhirnya orang-orang akan berhenti mempercayaimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun