Alasan UMK rendah inilah yang membuat ekspelajar menpertanyakan relevansinya tinggal di kota kasultanan ini. Ada banyak sekali alasan yang membuat mereka berpikir lagi kalau harus berdiam dan meniti karier di Jogjakarta.Â
Solusinya pindah. Â Atau pulang ke rumah.Â
Tapi apakah semua perubahan itu adalah faktor dominan yang tak bisa disiasati oleh mereka-mereka (yang sebagian sudah sarjana) untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik? Apakah kemajuan ini memang menyingkirkan mereka hanya karena alasan upah minimal? Atau mereka sendiri yang gagal membuat relevansi baru?
Yogyakarta, Mei 2016. memulay.wordpress.com
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!