Mohon tunggu...
Agung Pramono
Agung Pramono Mohon Tunggu... Guru - Guru dan penulis

Agung Pramono berprofesi sebagai guru. Hoby menulis, olah raga dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salju Abadi

16 Februari 2024   23:00 Diperbarui: 16 Februari 2024   23:42 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kerajaan Nagata dikelilingi hutan pinus yang lebat dan luas. Ada dua gunung dan laut yang mengelilingi, sehingga tanah Nagata sangat subur. Di salah satu gunung terdapat gua yang memiliki mata air yang sangat jernih. Gua tersebut akan tembus ke laut.

Penduduk kerajaan berprofesi sebagai petani dan pemburu hewan liar. Kehidupan mereka sejahtera karena raja sangat memperhatikan keadaan rakyat. Gunung yang terjal membuat Nagata sangat sulit didekati oleh kerajaan lain sehingga tidak ada yang tahu kehidupan di kerajaan tersebut.

Sejak diperintah Raja Sitosi yang kejam, kehidupan rakyat menjadi menderita. Pernah suatu ketika sang raja hendak dibunuh. Emilio putra mahkota raja sebelumnya yang memiliki kelebihan bisa menghilang, masuk ke kamar dan mengayunkan tombak. Beruntung, raja terbangun dan terjadi perkelahian.

Mereka mengeluarkan kemampuannya masing-masing. Dari kedua tubuh keluar sinar dan senjata terselubung. Emilio dapat diringkus kemudian dikirim ke penjara di bawah tanah.

*

"Bangun, Nak." Tangan ibu Rahma mengusap rambut Andika agar bangun.

Meski sudah menjadi mahasiswa Arkeologi di Jepang,  Andika masih sering dibangunkan ibunya. Dia anak pak Rangga seorang peneliti yang memiliki banyak saham di perusahaan Jepang.

Andika membuka mata dan duduk di pojok tempat tidur.

"Aneh, aku bermimpi jadi raja," ujarnya lirih.

Andika mencoba mengingat kejadian sebelum tidur. Rupanya dia baru saja membaca buku tentang batu kristal di negeri dongeng.

"Ibu, aku berangkat kuliah dulu." Andika menyalami ibunya setelah semua siap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun