Gadis cantik dengan rambut sebahu memberesi barang bawaannya. Tak berapa lama tas ransel sudah berada dipundaknya. Tangan kanan membawa tas berisi perlengkapan salat. Tangan kiri membawa kardus  yang tak begitu berat.
Langkahnya gontai turun dari bus Agra Mas yang membawanya dari Jakarta. Pikirannya masih kacau antara pulang atau tetap di Jakarta.
Kepulangan kali ini tidak dikehendakinya. Bapak Amir, orangtua nya memintanya untuk pulang karena dia harus menikah dengan lelaki pilihan bapaknya.
"Ratih ...," terdengar panggilan dari bapaknya yang menjemput di Terminal Tirtonadi Solo.
Â
Gadis berperawakan tinggi langsing tersebut mendatangi arah suara panggilan. Dia bergegas memasukkan barang bawaannya ke mobil yang disewa bapaknya.
Perjalanan dari Terminal Tirtonadi menuju rumahnya nampak hening. Tak banyak percakapan antara bapak dan anak tersebut.
**
Arya bergegas ke rumah Ratih, karena hari ini dia baru datang dari Jakarta. Setelah mengganti pakaiannya, anak sulung Pak Karto itu berjalan ke rumah Ratih. Jarak rumahnya cukup dekat, sehingga Arya hanya berjalan kaki.
Langkah Arya begitu cepat, sehingga hanya beberapa menit sudah sampai di rumah Ratih.
Mereka adalah sepasang kekasih. Cinta bersemi saat Ratih duduk di kelas tiga SMP, sedangkan Arya sudah duduk di kelas tiga SMA.