Mohon tunggu...
Agung Pramono
Agung Pramono Mohon Tunggu... Guru - Guru dan penulis

Agung Pramono berprofesi sebagai guru. Hoby menulis, olah raga dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maafkan Arman Ibu

29 Agustus 2022   14:11 Diperbarui: 29 Agustus 2022   14:16 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiada orang yang sukses dalam hidup tanpa doa ibu. Doa ibu sepanjang masa. Buah hatinya akan selalu didoakan walaupun kadangkala buah hatinya membuat kesal dan lelah. Ibu jasamu tiada ternilai. Tak bisa tergantikan  walau harta anaknya melimpah.

Hanya penyesalan yang bisa Arman rasakan. Saat ibunya sudah meninggal dunia. Arman masih belum puas membahagiakan ibunya. Walau Arman belum kaya namun keluarga kecilnya sudah hidup seperti keluarga lainnya. Masih ada satu harapan ibunya yang belum sanggup dipenuhinya.

Arman putra sulung pasangan pak Hasan dan bu Rina. Kebetulan kedua orang tua Arman berprofesi menjadi guru. Sebelum menjadi guru, orang tua Arman merantau di Jakarta sekitar tahun 1970 sd tahun 1980. Pak Hasan berprofesi sebagai pegawai toko AC di Pasar Baru. Membuka toko, menata dagangan, menaikkan AC ke mobil, mengantar AC kepada pelanggan dan memasang AC dirumah pelanggan adalah aktifitas yang dilakukan pak Hasan.

Ibu Arman sebagai ibu rumah tangga.Menyiapkan segala keperluan rumah tangga. Memasak, mencuci pakaian, mengepel dan menyiapkan segala keperluan anggota keluarga semua dilakukannya. Setelah itu dirumah juga menjadi penjahit. Menerima jahitan dari tetangga.

Akhirnya aktifitas di Jakarta harus mereka tinggalkan setelah kedua orang tua Arman diangkat menjadi guru SD di Wonogiri. Arman yang lahir di Jakarta 1973 akhirnya harus ikut pindah.

“Bune, sebentar lagi akan kita tinggalkan kota Jakarta ini”kata pak Hasan saat akan berangkat kerja.

“Lha memang kenapa pakne, kok harus pindah dari Jakarta. Disini sudah enak. Pelanggan jahitan juga sudah banyak”Tanya ibu Rina sambil mendekat ke pak Hasan membawa secangkir teh.

“Kemarin pakde Pardi bilang bahwa lamaran kita yang di Wonogiri, akhirnya berhasil. Kita diangkat menjadi guru SD bune”jelas pak Hasan kepada istrinya.

“Benar kah itu pak, Alhamdulillah doa kita terkabul”kata bu Rina sembari memeluk pak Hasan.

Setelah beres semua maka pak Hasan dan bu Rina akhirnya harus meninggalkan kota Jakarta. Selama 10 tahun suka dan duka menyertai kehidupan mereka. Masih ingat dikenangan bu Rina saat pak Hasan mengangur. Agar dapur tetap mengebul apasaja dikerjakan oleh pak Hasan.

“Bune, ini ada  rezeki untuk kita makan hari ini”kata pak Hasan sembari memberikan uang sepuluh ribu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun