Memasuki  pertandingan ke dua dalam gelaran babak penyisihan AFC Cup, Timnas Indonesia melawan Timor Leste.  Timor Leste sendiri adalah bagian sejarah masa lalu bangsa Indonesia yang memisahkan diri pada era pemerintahan presiden BJ Habibie.  Akan tetapi mereka mampu membangun tim sepakbola yang tidak bisa dianggap remeh. Â
Dengan postur tubuh kekar dan kuat, menjiwai permainan timnas nya. Â Permainan Timor Leste sendiri tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan pelatih kim Shin Hwan dari Korea Selatan, membuat Timor Leste makin bernyali. Â Pada pertandingan kedua melawan Indonesia, Timor Leste memperagakan permainan bertahan yang kokoh, dengan sekali- sekali mencuri lewat serangan balik. Â
Timnas Indonesia U 19 kali ini berusaha terus menggempur dan mencari celah dipertahanan lawan.  Terlihat begitu sabar, memulai serangan dari bawah, dengan variasi serangan, yang diakhiri dengan dengan umpan terobosan di depan gawang.  Tidak ada gol yang terjadi di babak pertama.  Tapi yang pantas diacungi jemol adalah, kesabaran semua pemain timnas U 19th dalam membongkar permainan lawan.  Selalu membangun  serangan dengan umpan pendek khas Timnas U 19th, yang sangat cantik dengan disertain penguasaan teknik yang tinggi. Â
Berulang kali mendapat tackling keras lawan, karena Timor Leste ini bermain keras bahkan menjurus kasar, tapi timnas Indonesia tidak terpancing emosi. Â Bahkan sampai peluit babak pertama usai skor masih seri.
Mengawali babak kedua, dengan dimotori oleh Saddil, Saghara dan Egy, permainan timnas U 19th Indonesia semakin menawan. Â Saddil menjadi pemecah kebuntuan dengan tendangan dari second line, berbuahkan gol di menit ke 51. Â Seperti sudah diduga sebelumnya keran gol akan mengalir, karena timnas Indonesia U 19th ini seperti tidak merasa puas dengan 1 gol saja. Â
Akhirnya Saghara ikut menyumbangkan gol dimenit 57, dengan gol cantiknya. Â Selanjutnya calon bintang masa depan, yang masuk dalam 60 pemain terbaik dunia, Egy Maulana Vikri mencetak hattrick dengan tiga golnya di menit, 83, 86, 90.
Analisis yang didapatkan dari timnas Indonesia U 19th ini, bukan torehan jumlah gol nya. Â Akan tetapi karakter permainan yang luar biasa, walaupun memiliki teknik tinggi dan kualitas diatas rata-rata, tetapi tetap sabar, focus dan pantang menyerah. Â Hal inilah yang tidak didapatkan dari timnas seniornya, manakala sedang dalam keadaan tertekan. Â
Semua instruksi pelatih seolah hilang, tidak sabar, langsung memberikan umpan lambung kedepan, salah umpan, melakukan pelanggaran yang tidak berguna. Â Sehingga hasil akhir timnas senior bisa diduga sebelumnya, dengan penguasan bola yang minim biasanya akan mengalami kekalahan.Â
Pelajaran yang didapat dari pertandingan ini adalah pertahankan pelatih Indra Sjafrie sebagai pelatih timnas U 19th yang berhasil membangun karakter, pertahankan tim ini sampai nanti naik kelas ke timnas U 22. Â Sedangkan timnas U 22 yang ada sekarang dengan pelatih Luis Milla diproyeksikan menggantikan timnas senior. Â Karena timnas senior yang ada saat ini Bosa dkk sudah tidak bisa naik level lagi, karena bermain tanpa karakter. Â Jadi percayakan kepada timnas U 19 dan U 22, untuk sepakbola Indonesia berkarakter !!Â
Dr. Agung Budisatria, M.MÂ
Dokter dan Pecinta Sepakbola Nasional