Salah satu program pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat adalah lewat Pondok Pesantren. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI, Menteri Agama RI dan Menteri Dalam Negeri RI No. 1067/MENKES/ SKB/VIII/2002 Nomor 385 Tahun 2002 dan No 37 Tahun 2002 tentang Peningkatan Kesehatan Pondok Pesantren dan Institusi Keagamaan lainya, menyatakan bahwa bahwa Pondok Pesantren dan institusi keagamaan lainnya merupakan wadah yang potensial dalam meningkatkan sumber daya manusia perlu didukung dengan berbagai program di bidang kesehatan.
Pondok Pesantren Mahasiswa Syafi'ur Rohman merupakan salah satu pondok pesantren (ponpes) yang berjarak 1,5 km dari Universitas Jember, berlokasi di Jl. Brantas XXVI No 251 Kecamatan Sumbersari, kabupaten Jember. Ponpes ini memiliki 210 santri yang di didik oleh 7 orang guru pondok. Ponpes ini diresmikan oleh bupati Jember periode 2016-2021 ibu dr. Hj. Faida, MMR, pada tanggal 23 Maret tahun 2019.Â
Â
Berdasarkan catatan poskestren, penyakit yang sering dialami oleh santri pondok terkait dengan melemahnya sistem imun, yaitu flu, tenggorokan sakit, demam ringan, sakit kepala, dan bersin-bersin. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan ekonomi rakyat dapat dilakukan lewat penggunaan jamu. Namun, mayoritas santri dan guru Pondok Pesantren Mahasiswa Syafi'ur Rohman masih belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang jamu dan tanaman obat. Santri dan guru pondok belum memahami cara menanam dan memelihara tanaman obat sebagai bahan baku jamu di lahan kosong yang dimiliki ponpes.
Melihat fenomena tersebut, tim dosen Universitas Jember  yang di ketuai Dr. apt. Dian Agung Pangaribowo, M.Farm. dan beranggotakan apt. Nia Kristiningrum, S.Farm., M.Farm. serta Nurud Diniyah, S.TP., M.P., Ph.D. menggagas kegiatan pengabdian masyarakat lewat program Dosen Mengabdi di Desa Asal, berupa pembangunan taman Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Taman TOGA  berisi sebanyak 92 koleksi tanaman obat dan di lengkapi dengan area pembibitan. Setiap tanaman telah dilengkapi dengan QR-code yang terhubung dengan media sosial taman TOGA dan berisi informasi terkait taksonomi tanaman serta manfaat tanaman tersebut.
"Kami berharap, dengan adanya taman TOGA ini dapat menjadi wahana edukasi tanaman obat bagi para santri dan guru pondok, serta menjadi sumber bahan baku pembuatan jamu" ujar Dr. Agung. Â Ust Abdul Rozak selaku pengelola ponpes mengaku sangat senang dengan kegiatan kolaborasi ini dan berharap ada keberlanjutan dalam pengabdian ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H