Daniel Pink punya pandangan menarik soal kreativitas sebuah negara. Ia meyakini bahwa negara-negara barat perlu menjadi kreatif karena kondisi dunia memang mengharuskan adanya peralihan ke era kreativitas. Pekerjaan-pekerjaan “otak kiri” kini dapat dikerjakan lebih murah dengan kualitas yang sama di Asia atau memanfaatkan teknologi informasi. Bila pengusaha dan pekerja profesional di Eropa dan AS tidak mulai memaksimalkan potensi otak kanannya, mereka tidak akan lagi menjadi pemain utama ekonomi dunia di masa yang tidak jauh dari sekarang.
[caption id="attachment_188447" align="aligncenter" width="300" caption="Kincir Angin dapat Membuang Air dari Daratan"][/caption] Nah, bagaimana dengan Belanda? Di satu sisi argumen Daniel Pink mungkin berlaku pula untuk Belanda. Namun saya merasa, ada satu faktor yang lebih fundamental dan khas sebagai penyebab Belanda menjadi negara yang kreatif. Faktor tersebut adalah kondisi geografis Belanda. Dari luas wilayah sebesar 41.543 km2, 25% diantaranya berada di bawah permukaan laut. Selain itu, 50% dari wilayah Belanda memiliki tinggi kurang dari 1 meter di atas permukaan laut. Dataran rendah ini mengakibatkan dua pertiga dari wilayah Belanda termasuk wilayah rawan banjir. Isu pengendalian banjir tak pelak jadi perhatian utama di Belanda.
Profesor Wim van Leussen membagi sejarah pengendalian banjir di Belanda ke dalam 3 periode waktu, yaitu: 1200 - 1798; 1798 - 2000; dan abad ke-21. Periode 1200 - 1798 menunjukkan masa saat pengendalian banjir dilakukan secara lokal. Tanggul, bendungan, dan kincir angin menjadi senjata utama menghadapi banjir. Daratan diperluas melalui reklamasi dan pembuatan polder. Meskipun metode-metode ini cukup berhasil, tercatat beberapa kali terjadi banjir besar pada periode ini.
[caption id="attachment_188448" align="aligncenter" width="300" caption="Tanggul Laut di Delfzijl"]
Namun demikian, bersikap meremehkan alam bukanlah pilihan. Abad ke-21 kini menghadirkan tantangan-tantangan baru seperti perubahan iklim, peningkatan populasi, dan peningkatan investasi ekonomi. Perubahan iklim dalam 100 tahun terakhir mengakibatkan kenaikan permukaan laut dan suhu di Belanda. Sementara itu, peningkatan populasi dan investasi ekonomi memunculkan potensi kerugian dan kehilangan yang masif bila terjadi banjir. Belanda menyadari betul adanya tantangan-tantangan ini. Meskipun telah hampir 60 tahun merdeka dari banjir, Belanda tidak pernah melepaskan perhatiannya terhadap manajemen banjir. Secara konsisten terus mencari ide untuk kemajuan. Menurut saya, pertarungan selama 800 tahun dengan banjir menjadikan kreativitas dan inovasi sesuatu yang sifatnya mendarah daging bagi orang Belanda. Belanda selalu progresif karena sudah terkondisikan tidak memiliki zona nyaman. Tanpa pengaruh perkembangan dunia seperti yang diutarakan Pink sekalipun, saya yakin Belanda akan tetap menjadi negara yang kreatif.
Sumber Tulisan:
- Van Leussen, Wim. 2008. Flood Management in the Netherlands; Coping With Risks. Dipresentasikan di 4thInternational Symposium on Flood DefenceManaging Flood Risk Reliability and VulnerabilityToronto, Ontario, Canada, May 6-8, 2008
- Pink, Daniel. 2005. A Whole New Mind. Riverhead Books
- http://en.wikipedia.org/wiki/Netherlands
Sumber Foto: http://en.wikipedia.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H