Pentingnya kesehatan mental itu seperti pentingnya agama sebagai pondasi. Tanpa mental yang baik, sulit untuk memahami agama yang benar-benar dapat mensucikan jiwa hingga bisa benar-benar berserah diri kepada Tuhan dengan beribadah yang tulus dan berdoa secara disiplin.Â
Semenjak tabrakan pola pikir antara kekeliruan yang dibenarkan dan kebenaran yang dikelirukan, saya menjadi belajar memahami pentingnya dari dua sisi. Logika dan batin. Berjalan dengan pola pikir yang keliru, membaca hal-hal yang dibilang merusak Iman bisa menghancurkan ketetapan.Â
Hanya ingin tanpa melihat. Hanya menjalankan tanpa berpikir. Bahkan hanya menelan tanpa mengunyah. Sebaliknya, apabila menuruti dengan pola pikir yang benar-benar dari kebenaran, banyak kecohan yang membuat pikiran tertutup. Menahan-menahan dan menangis. Seperti ketika seseorang harus menuruti atasan untuk tidak berbicara dan pikiran tertekan karena harus menutupi sesuatu jika tidak akan di salahkan.
Hal tersebut seringkali terjadi. Atasan melakukan gerakan untuk menculik seseorang misalnya, lalu untuk melindungi nama baik sang atasan, dia membuat rekayasa alih-alih intrik yang menjadi skema atau membalikan fakta. Sehingga bawahannya yang harus menerima kesalahan apabila tragedi tersebut berhasil terungkap.Â
Jujur saya berhasil keluar dari skizofrenia yang menghantui kepala saya. Saya terus berpikir bagaimana pemberontakan dalam kepala saya bisa membuahkan sesuatu. Dari keinginan untuk mengerti kasus-kasus yang rumit, dari teori-teori marxisme, hingga peliknya polemik yang selalu kontra dengan ketetapan.Â
Dengan mindset yang acak-acakan-hidup di lingkungan keluarga yang sangat religius membuat saya terkekang. Karena saya selalu merasa gusar dengan komitmen yang selalu berlandasan agama.Â
Menurut saya tidak seluruhnya bisa dikaitkan dengan agama. Karena agama hanya pondasi, dasar kebatinan untuk ketenangan. Bukan cara berpikir yang rumit karena cerita dan membuat takut seseorang. Karena hal itu seseorang akan melakukan segala cara untuk sang anak atau sang bawahan agar harus benar-benar mengikuti intruksi yang diberikan. Apabila melawan, maka sanksinya adalah kerusakan pada mental.
Saat-saat saya mengalami skizofrenia, saya melihat adegan-adegan yang nyata di kepala saya. Seperti kiamat, didatangi dajjal dan dilindungi sorban Nabi. Melihat pusaran segitiga bermuda yang di dalamnya ada patung ganesha yang sedang bertapa.Â
Melihat nuklir-nuklir berteberbangan karena dirasa sudah ingin kiamat, maka direncanakan seperti perang dunia ketiga. Saya juga mendengar suara yang benar-benar jelas. Seperti suara sirine polisi yang mondar-mandir. Suara truk yang silih berganti lewat depan rumah mengangkut daging-daging manusia dan opium. Yang lebih parahnya lagi, saya diancam dibunuh oleh yakuza.Â
Kepala yang saya rasakan itu seperti digenggam erat oleh tangan seorang monster. Sangat berat. Seperti ingin meledak, tidak keluar secara perlahan kegusaran dalam kepala saya.Â