Waktu juga lebih cepat 1.5 detik dari biasanya, saya merasakan pijakan kaki yang cepat, suara kucuran air keran yang kecil tapi deras, mendengar burung berkata-kata, cicak membuat buaian dan merasa terancam karenanya karena cicak yang memberitahu Nabi pada saat sedang bersembunyi, makannya saya merasa seperti cicak itu adalah mata-mata yang ingin membunuh saya.Â
Dengan penelurusan saya, dengan maksud mengetahui benang merah sampai pada titik skizofrenia itu. Saya memang tidak bisa diatur. Tapi saya bandel ketika sudah dimasukan ke pesantren, semenjak dari situ saya menjadi pemberontak. Karena pada saat sd saya masih berprestasi.Â
Awal masuk pesantren saya dipaksa, ingin pindah tapi dilarang dan harus terus patuh. Seiring jalannya waktu, di pesantren saya sering kabur ke warnet atau hanya sekedar numpang hidup di warung orang. Saya juga pernah masuk sekolah Negeri tapi tidak naik kelas karena kebiasaan kabur di pesantren, di Negeri jadi saya sering bolos.Â
Lalu saya kuliah, di kuliahan pelik karena masih kebiasaan ingin bebas. Saya tidak kunjung menyelesaikan sarjana, yang saya dapatkan hanya diploma. Itu juga untung-untungan. Pada saat saya menyelesaikan diploma, saat penulisan ilmiah, gejala-gejala skizofrenia sudah timbul.Â
Diawali dengan depresi berat. Tandanya seperti ketika melihat tulisan, membaca display di kereta, melihat berita, mendengar omongan orang, itu semua seperti membicarakan saya. Padahal tidak sama sekali.Â
Kemudian saya cuti untuk kerja dengan menggunakan orang dalam. Di situ puncak tekanan yang saya pikir lebih berat. Karena di awal saya sudah di tanam pikiran seperti saya membawa nama sang orang dalam tersebut, jadi jangan membuat kesalahan sekecil apapun.Â
Sampai di perusahaan saya benar-benar di mata-matai. Dari cara saya berteman hingga dengan siapa saya makan di kantor. Hal ini membuat saya kepikiran, satu sisi saya merasa superior karena bisa kenal dengan petinggi suatu perusahaan otomotif tapi satu sisi lagi saya harus mengemban beban karena memabwa nama petinggi tersebut untuk menjalani aktivitas sebagai pesuruh.Â
Bukannya menolak menjadi budak korporat. Tapi dengan keadaan pola pikir yang terguncang ditambah hadirnya suara-suara dan melihat yang tidak dilihat oleh kasat mata, saya merasa aneh.Â
Tapi dua sisi dari hadirnya skizo yang berhasil saya kendalikan dan benar-benar menghilang sepenuhnya keanehan itu, pertama saya menjadi lebih lega karena banyak benang merah yang bisa saya jadikan materi alih-alih sesuatu yang pernah saya mulai tapi terbengkalai, juga saya menjadi tidak sering gusar ketika ada opsi yang berlawanan, dan juga lebih tabah apabila kekeliruan yang saya lakukan melawan kebenaran.Â
Kedua, saya jadi lebih mengenal pribadi saya sendiri untuk bangkit dari keterpurukan yang tidak bisa menjadi karyawan tetap dan hanya mengandalkan kegiatan dengan kontrak saya bersyukur.Â
Untuk yang benar-benar mengalami tekanan mental atau batin. Ada baiknya berusaha mencari akarnya terlebih dahulu. Kenapa bisa seperti itu, siapa yang salah, harus bisa bangkit ketika sudah mengetahuinya. Tapi jika benar-benar tidak bisa meneliti kenapa bisa seperti itu, baiknya harus diceritakan seperti ini, lewat tulisan.Â