"Kesuksesan sejati lahir dari keberanian melawan arus. Mereka yang berani melampaui sistem yang stagnan akan menciptakan perubahan nyata."
Bagi saya pribadi, dalam lanskap bisnis dan sosial Indonesia, hanya sedikit pengamat asing yang mampu menyoroti realitas dengan ketajaman yang sama seperti Leigh McKiernon. Sebagai seorang headhunter eksekutif dan pendiri StratEx, McKiernon telah menghabiskan lebih dari 17 tahun berinteraksi dengan talenta terbaik dan pemimpin bisnis di Indonesia. Melalui artikel di linkedin.com, "Why Be Smart When You Can Be Rich? The Genius of Failing Upwards in Indonesia" (17 Maret 2025), ia menyuguhkan analisis yang tajam, bahkan menyentil, tentang bagaimana keberhasilan di negeri ini lebih sering ditentukan oleh koneksi daripada kompetensi.
Secara ringkas, secara keseluruhan tulisan yang ia muat itu, bisa dibilang sebagai: "Indonesia di Mata Leigh McKiernon: Sebuah Cerminan Kritis untuk Masa Depan Bangsa". Berikut, inilah pokok-pokok pikirannya:
Mitos Kerja Keras dan Kesuksesan: Realitas yang Menantang
Banyak orang percaya bahwa kerja keras dan pendidikan tinggi adalah kunci menuju kesuksesan. Namun, McKiernon menantang pandangan ini dengan mengungkap bahwa di Indonesia, jalur menuju puncak lebih ditentukan oleh jaringan dan warisan keluarga dibandingkan prestasi akademik. Kesuksesan, dalam banyak kasus, bukanlah hasil dari meritokrasi, melainkan permainan kekuatan sosial yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Kesenjangan Pendidikan yang Menipu
Salah satu ironi terbesar yang McKiernon soroti adalah kesenjangan pendidikan yang tidak tampak di permukaan. Dalam studinya, ia menemukan bahwa perbedaan skor pendidikan antara siswa kaya dan miskin di Indonesia hanya 34 poin, jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia yang mencapai 82 poin. Namun, ini bukanlah tanda kemajuan, melainkan bukti bahwa seluruh sistem sedang tertinggal. Di Indonesia, baik anak-anak dari keluarga kaya maupun miskin sama-sama menghadapi tantangan pendidikan yang tidak memadai, sehingga tidak ada dorongan kompetitif yang cukup kuat untuk membangun SDM unggul.
Pendidikan Tidak Menjamin Kesuksesan
Sebagai perbandingan, di Vietnam, pendidikan sering dianggap sebagai satu-satunya jalan keluar dari kemiskinan. Namun, di Indonesia, McKiernon mencatat bahwa keberhasilan lebih sering ditentukan oleh kekayaan dan koneksi sosial daripada kualitas pendidikan. Ini menciptakan ekosistem di mana individu berbakat dan cerdas sering kali kalah bersaing dengan mereka yang memiliki jalur langsung ke posisi strategis berkat hubungan keluarga atau jaringan bisnis.
Nepotisme dan Sistem yang Menghambat Talenta