"Satu doa yang tulus bisa menjadi cahaya yang menerangi jalan pulang. Hidayah tidak selalu datang dengan gemuruh, terkadang ia berbisik lembut di hati yang rindu."
Malam ke-27 Ramadhan. Langit Madinah berselimut rahmat, semilir angin membawa kesejukan yang berbeda dari malam-malam biasa. Cahaya bintang bertaburan, seolah bersaksi atas doa-doa yang mengangkasa, merayu ke hadirat Ilahi.
Syaikh Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin hafizhahumullah, bersama ayah dan uminya, melangkah keluar rumah. Hati mereka dipenuhi harapan untuk meraih keberkahan malam itu di Masjid Nabawi, di tempat di mana sujud terasa begitu dekat dengan langit. Namun, karena tempat itu penuh, maka mereka parkir jauh dari masjid. Di tengah jalan, ketenangan malam itu dipecahkan oleh suara musik yang menggelegar dari sebuah kendaraan yang dipenuhi pemuda.
Gema lantunan duniawi itu menusuk kesyahduan malam. Pemuda-pemuda itu larut dalam kesenangan mereka, tak menyadari bahwa di malam seperti ini, pintu langit terbuka lebar, rahmat Allah turun laksana hujan, dan para malaikat bertebaran membawa kabar gembira bagi mereka yang mengisi malamnya dengan ibadah.
Syaikh mendekati mereka, bukan dengan amarah, bukan pula dengan celaan. Tetapi, dengan kelembutan yang lahir dari hati yang penuh kasih. Dengan suara yang tenang, beliau berkata, "Wahai para pemuda, jika kalian belum sanggup mengisi malam ini dengan ibadah, maka setidaknya, hormatilah keberkahannya. Mohon matikan suara ini."
Keheningan sesaat menyergap. Kata-kata itu mengetuk sesuatu di dalam diri mereka. Perlahan, musik itu terhenti. Malam kembali hening.
Syaikh melanjutkan, "Ketahuilah, malam ini bukan sembarang malam. Jika ada satu doa yang pantas kalian ucapkan, maka perbanyaklah membaca: (Allahumma innaka 'Afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni)."
Salah seorang pemuda di dalam mobil itu terdiam, lalu dengan lirih berkata, "Saya belum hafal, Syaikh."
Syaikh tersenyum. Dengan sabar, beliau mengulangi doa itu sekali lagi. Kali ini pemuda itu mengikutinya dengan penuh perhatian, seakan ada cahaya yang perlahan mulai menyelinap ke dalam jiwanya.
Ketukan di Pintu Hidayah