"Adab adalah cermin akal, dan diam adalah kebijaksanaan. Hanya orang berakal yang tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam."
Dalam kehidupan seorang Muslim, adab, akal, dan diam merupakan tiga pilar utama yang mencerminkan kedalaman iman dan kebijaksanaan seseorang. Ketiga hal ini tidak hanya menentukan kualitas interaksi sosial, tetapi juga menunjukkan sejauh mana seseorang memahami hakikat kehidupan dan mengamalkannya sesuai tuntunan Islam.
Adab: Cerminan Kedewasaan Akal
Adab bukan sekadar etika, tetapi juga ukuran kapasitas akal seseorang. Orang yang memiliki akal sehat akan selalu menjaga adabnya, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Dalam dunia digital saat ini, adab seseorang dapat terlihat jelas dari status yang diposting, cara berkomentar, serta bagaimana ia menanggapi suatu isu di media sosial.Â
Seperti yang dikatakan Ustadz Firanda Andirja hafizhahullah:
"Kalau antum ingin tahu akal seseorang, lihatlah bagaimana statusnya yang sering di-posting di sosial media. Lihatlah bagaimana cara dia berkomentar dan omongannya di medsos, itulah akal dia."
Perkataan ini mengandung pelajaran mendalam: apa yang keluar dari lisan dan jemari seseorang adalah cerminan akalnya. Orang yang matang secara intelektual dan spiritual akan berhati-hati dalam berbicara dan bertindak, karena ia menyadari bahwa setiap perkataan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Akal: Kemampuan Memilah Kapan Bicara dan Kapan Diam
Akal yang sehat tidak hanya mengarahkan seseorang untuk berbicara dengan baik, tetapi juga mengajarkan seni untuk diam pada saat yang tepat. Syaikh Muhammad bin Ghalib hafizhahullah berkata:
"Diamnya Anda dari hal-hal yang bukan urusan Anda bukanlah kelemahan. Bahkan itu adalah kekuatan dalam mengendalikan keinginan jiwa yang tidak bermanfaat."