Di hamparan hijau yang basah oleh keringat,
Kau datang membawa secercah kilat.
Dari negeri ginseng, langkahmu tegap,
Membelah keraguan, menanam harap.
Wahai Coach Shin, nakhoda yang bijak,
Bukan hanya strategi yang kau racik,
Tapi keyakinan yang kau sulut di dada,
Para Garuda muda yang haus makna.
Kau ajarkan kami tentang sabar dan tekad,
Bahwa kemenangan tak datang secepat kilat.
Kau bangun mental dari serpihan ragu,
Menjadi tembok kokoh yang tak mudah runtuh.
Bersamamu, stadion tak lagi sunyi,
Sorak-sorai membahana, tanpa henti.
Bendera merah putih berkibar tinggi,
Di setiap laga, di setiap mimpi.
Meski tak ada trofi di pelukan tangan,
Warisanmu lebih besar dari sekadar kemenangan.
Kau tinggalkan kami dengan visi dan nyala,
Yang akan terus hidup di jiwa para pesepak bola.
Terima kasih, Pelatih Shin Tae-yong tercinta,
Namamu terukir di nadi bangsa.
Langkahmu mungkin berakhir di garis ini,
Tapi jejakmu abadi, tak akan terkikis waktu yang berlari.
Selamat jalan, sang maestro penuh arti,
Kami bersyukur pernah berjalan di bawah sinar mentari,
Yang kau bawa dari timur sana,
Untuk membakar semangat Garuda di angkasa.
Terima kasih, Coach Shin Tae-yong.
Namamu akan selalu kami sebut,
Dalam setiap doa, dalam setiap sepak bola yang kami rebut.
Kutulis puisi ini dengan gemetar di dada, dan cinta.
Dan kudapatkan, darimu sebuah petikan yang sarat makna,
“Warisan terbesar seorang pemimpin bukanlah trofi di tangan,
tetapi nyala semangat yang ditinggalkannya di hati setiap pejuang."
Cianjur, 07012025