"Di era digital yang penuh ketidakpastian, seorang pemimpin bukan hanya dituntut untuk cerdas secara finansial, tetapi juga visioner dalam membaca risiko dan peluang. Ketahanan finansial bukan tentang menghindari badai, melainkan bagaimana berlayar dengan bijak di tengah gelombang risiko yang tak terduga."
Beberapa perusahaan di Indonesia, beberapa waktu lalu dikabarkan mengalami serangan siber yang meretas data keuangan. Seperti PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) pada Mei 2023, Asuransi BRI Life pada Juli 2021, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) pada Mei 2023, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) di akhir 2024, BRI diduga mengalami kebocoran data pribadi nasabah oleh kelompok peretas Bashe. Pernah juga tercatat BPJS Kesehatan pada Mei 2021. Kasus-kasus ini menunjukkan kerentanan sektor keuangan di Indonesia terhadap serangan siber, dengan dampak signifikan pada keamanan data dan kepercayaan nasabah.
Kini, coba kita bayangkan sebuah perusahaan multinasional yang tampaknya stabil secara finansial tiba-tiba terpuruk akibat serangan siber yang meretas data keuangannya. Atau sebuah perusahaan raksasa yang mengalami kebangkrutan karena salah mengantisipasi volatilitas pasar global. Kisah-kisah ini bukan sekadar skenario fiksi, melainkan realitas yang dihadapi oleh banyak organisasi di era digital saat ini.
Era digital telah mengubah cara kita memandang peluang dan risiko dalam pengelolaan keuangan perusahaan. Teknologi canggih seperti Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan Blockchain tidak hanya membawa efisiensi, tetapi juga membuka potensi risiko yang lebih kompleks dan sulit diprediksi. Di tengah lanskap bisnis yang penuh dengan ketidakpastian ini, General Manager bukan lagi sekadar pengambil keputusan, tetapi menjadi sosok kunci dalam mengarahkan perusahaan melewati gelombang risiko keuangan yang datang dari berbagai arah.
Menurut survei Deloitte tahun 2023, lebih dari 78% perusahaan global melaporkan peningkatan risiko keuangan akibat kurangnya kesiapan dalam menghadapi transformasi digital. Risiko ini tidak hanya berasal dari ancaman eksternal seperti serangan siber atau ketidakstabilan geopolitik, tetapi juga dari kelemahan internal seperti kurangnya literasi keuangan di tingkat manajerial dan pengambilan keputusan yang tidak berbasis data yang akurat.
Lantas, bagaimana seorang General Manager dapat memastikan perusahaan tetap stabil, berkelanjutan, dan tumbuh di tengah ketidakpastian global? Apa saja strategi yang perlu diterapkan untuk menghadapi kompleksitas risiko keuangan di era digital ini?
Mari kita telusuri lebih dalam bagaimana transformasi risiko keuangan di era digital memerlukan pendekatan yang strategis, adaptif, dan berbasis data.
Transformasi Risiko Keuangan di Era Digital
Digitalisasi telah mengubah wajah dunia bisnis, termasuk dalam aspek pengelolaan keuangan. Teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan Blockchain membawa efisiensi dan transparansi, tetapi juga membuka celah risiko baru. General Manager perlu memahami bahwa risiko keuangan tidak hanya bersumber dari aspek internal seperti arus kas atau pengelolaan aset, tetapi juga dari ancaman eksternal seperti kebocoran data keuangan atau fluktuasi nilai tukar mata uang akibat peristiwa geopolitik. Data dari World Economic Forum 2023 menunjukkan bahwa 60% risiko finansial global terkait dengan ketidakpastian teknologi dan serangan siber.
Pentingnya Pemahaman Keuangan yang Mendalam General Manager bukan hanya bertindak sebagai pengambil keputusan, tetapi juga sebagai penentu arah kebijakan perusahaan. Pemahaman yang mendalam tentang laporan keuangan, analisis risiko, dan mitigasi krisis menjadi bekal penting. Studi dari Harvard Business Review (2022) menunjukkan bahwa perusahaan dengan pemimpin yang memiliki literasi keuangan yang kuat mampu bertahan 45% lebih baik di tengah krisis ekonomi global dibandingkan dengan perusahaan yang dipimpin oleh pemimpin dengan pemahaman keuangan yang minim.