"Setiap helaian uban adalah surat cinta dari Allah, pengingat halus bahwa kehidupan di dunia hanyalah persinggahan singkat menuju keabadian."
Wahai saudaraku, setiap helaian rambut yang memutih bukan sekadar perubahan warna alami yang tak berarti. Itu sebuah cermin dari sang waktu. Uban adalah utusan Allah yang membawa pesan mendalam: waktumu di dunia semakin singkat, langkahmu menuju akhirat semakin dekat. Ia datang tanpa diundang, muncul tanpa bisa dicegah, namun kehadirannya sarat makna bagi siapa saja yang mau merenung.
Allah Azza wa Jalla berfirman, "Allah yang menciptakanmu dari keadaan lemah menjadi kuat, kemudian menjadikamu lemah kembali & beruban. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui, Maha Kuasa."Â (QS. Ar-Rum [30]: 54)
Uban adalah penanda fase kehidupan yang mulai merunduk ke tanah. Sebagaimana daun yang menguning sebelum gugur, uban adalah pengingat bahwa dunia ini hanyalah tempat singgah yang fana.
Uban: Adzan Sebelum Iqamah Kematian
Imam Ibnul Jauzi berkata: "Wahai fulan, uban itu adalah adzan dan maut adalah iqamah, sedangkan engkau belum juga bersuci."
Betapa mendalam perumpamaan ini! Adzan dan iqamah adalah dua hal yang berdekatan dalam shalat, sebagaimana uban dan kematian yang hanya dipisahkan oleh waktu yang singkat. Maka, apakah kita masih akan menunda taubat? Apakah kita masih akan membiarkan diri terlena dalam dosa-dosa yang menggunung?
Iyas bin Qotadah, ketika melihat sehelai rambut putih di jenggotnya, berkata: "Aku melihat kematian sedang mencariku."
Lihatlah betapa peka hati mereka terhadap isyarat kecil dari uban yang tumbuh. Namun, bagaimana dengan kita? Apakah uban di kepala kita hanya dianggap sebagai tren usia, tanpa disertai perenungan mendalam?
Refleksi dari Para Salaf: Ketika Uban Berbicara
Syaikh Muqbil al-Wadi'i , ketika uban pertama muncul di jenggotnya, memegang jenggotnya dan berkata:
"Apa yang telah engkau persembahkan untuk Islam, wahai Muqbil?"