Kalimat ini adalah tamparan lembut bagi siapa saja yang lalai. Jika seorang ulama besar yang dakwahnya menggema di timur dan barat masih bertanya pada dirinya sendiri tentang kontribusinya bagi agama, bagaimana dengan kita yang mungkin amalnya masih teramat sedikit?
Imam Ibnu Rajab berkata: "Wahai orang yang beruban, uban telah memperingatkanmu akan dekatnya kematian, sementara engkau masih terus berkubang dalam dosa-dosa. Tidakkah cukup bagimu nasihat berupa uban?"
Uban adalah nasihat yang tak bersuara, namun pesannya menggema dalam hati yang mau mendengarkan.
Memahami Makna Kehadiran Uban: Sebuah Introspeksi
Setiap helaian uban seharusnya menjadi momen untuk bertanya pada diri sendiri:
* Sudahkah aku memanfaatkan waktuku dengan baik?
* Sudahkah aku mempersiapkan bekal untuk akhirat?
* Apa yang akan aku bawa ketika ajal menjemput?
Rasulullah bersabda: "Barang siapa yang beruban di jalan Allah, maka uban itu akan menjadi cahaya baginya pada Hari Kiamat." (HR. Tirmidzi)
Maka, uban bukanlah sekadar tanda penuaan, melainkan cahaya yang akan menerangi jalan kita di akhirat jika diiringi dengan amal shalih dan taubat yang tulus.
Langkah Nyata: Menyambut Uban dengan Taubat dan Amal Shalih
1. Bertaubat dengan sungguh-sungguh. Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat. Allah selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya, selama nyawa belum sampai di tenggorokan.
2. Perbanyak amal shalih. Setiap helai uban adalah pengingat untuk memperbanyak sedekah, shalat, dzikir, dan amal kebaikan lainnya.
3. Jadikan uban sebagai pengingat harian. Pandanglah uban di cermin sebagai pengingat bahwa setiap hari yang berlalu adalah langkah mendekati kematian.
4. Tinggalkan dosa dan maksiat. Uban adalah peringatan agar kita segera meninggalkan dosa dan kembali kepada Allah dengan hati yang bersih.
Penutup: Jangan Abaikan Peringatan Halus Ini
Saudaraku, uban bukan sekadar tanda penuaan. Ia adalah surat cinta dari Allah yang mengingatkan kita akan perjalanan menuju kampung akhirat. Jangan sia-siakan peringatan ini. Sebelum ajal tiba, sebelum nafas berhenti, mari kita bersegera memperbaiki diri, memohon ampunan, dan menata bekal untuk kehidupan yang kekal.
Seperti ungkapan Imam Ibnul Jauzi: "Segeralah bersuci sebelum iqamah kematian memanggilmu."