Di bawah langit mendung penuh awan kelabu,
Hujan menyanyikan lagu sunyi di dada semesta.
Waktu berjalan di tepian malam yang bergegas,
Menjemput tahun yang perlahan berlalu.Â
Bukan sekadar tahun yang gugur di dahan usia,
Namun, refleksi jiwa yang terlalu lama berlari.
Berhenti sejenak, wahai hati yang terbelenggu,
Dalam hembusan angin yang membawa petuah ilahi.Â
Apakah hiburan mampu meredam gundah?
Sedang bencana mengintai di setiap sudut senja.
Apakah kegembiraan yang semu cukup mengisi,
Kekosongan jiwa yang haus makna sejati?Â
Wahai para pencari bahagia, dengarlah seruan ini,
Daripada hura-hura di tengah ancaman cuaca,
Mengapa tidak mendekatkan diri kepada Yang Esa,
Temukan damai dalam doa dan ketundukan sempurna.Â
Refleksikan hari di cermin takdir yang tak gentar,
Buat resolusi bukan untuk dunia yang fana,
Tapi untuk perjalanan abadi menuju cahaya,
Di mana janji kebahagiaan hakiki telah tersurat.Â
Hematlah langkah, hematlah kata, hematlah hati,
Dalam dunia yang rapuh, jadilah lentera yang menyala.
Di bawah badai, di tengah banjir dan derita,
Semoga iman kita tetap teguh, memancarkan cinta.Â
Selamatkan diri dari goda dunia yang menipu,
Liburan ini bukanlah akhir, tetapi awal yang baru.
Kita berdiri di persimpangan kehendak dan pilihan,
Arahkan langkahmu pada jalan yang penuh keberkahan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H