"Diskusi tanpa adab hanya melahirkan kebisingan; diskusi dengan etika melahirkan kebijaksanaan."
Sebagai seorang pembelajar, kita sering dihadapkan pada kritik atau masukan dalam berbagai diskusi, termasuk ketika referensi yang kita gunakan dianggap "usang". Komentar semacam itu, seperti "Referensi sudah lewat dari 5 tahun, jadi sudah usang," dapat memancing berbagai reaksi emosional dan intelektual.
Bila itu terjadi, abaikan saja bila ia sendiri tak menyampaikan apakah teori "usang" yang kita itu masih relevan atau tidak. Juga, abaikan saja bila ia pun tak menyampaikan penelitian terbaru, studi terkini, atau riset mutakhir yang bisa melengkapi diskusi tersebut.
Hindari berdebat, apalagi dengan orang yang kurang punya adab.
Namun, bagaimana seharusnya kita menyikapi pernyataan semacam ini? Mari kita ulas dengan pendekatan yang sistematis, inspiratif, dan mendalam.
Pentingnya Pemahaman Konteks dalam Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan berkembang secara progresif dan kumulatif. Setiap temuan baru didasarkan pada pondasi yang dibangun oleh penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, referensi yang lebih tua tidak selalu kehilangan relevansi. Sebaliknya, teori atau konsep mendasar sering menjadi landasan bagi penelitian-penelitian terbaru. Sebagai contoh, teori relativitas Einstein (1905) tetap menjadi pijakan penting dalam fisika modern, bahkan di era teknologi kuantum saat ini.
Namun demikian, ada disiplin ilmu tertentu seperti teknologi informasi atau bioteknologi yang memang berkembang sangat cepat sehingga penelitian terbaru menjadi sangat penting. Dalam konteks ini, relevansi waktu referensi harus disesuaikan dengan bidang kajian dan tujuan diskusi.
Etika dalam Menyampaikan Kritik
Kritik adalah bagian integral dari diskusi ilmiah yang sehat. Namun, cara kritik disampaikan mencerminkan karakter dan kedewasaan intelektual seseorang. Pernyataan yang langsung menyebut referensi "usang" tanpa memberikan argumen yang mendukung dapat mencerminkan kurangnya penghargaan terhadap kontribusi orang lain. Dalam dunia akademik dan profesional, kritik yang membangun dan bersifat dialogis lebih dihargai.