"Rindu bukan hanya rasa yang menggetarkan, tetapi kekuatan yang mengarahkan kita kembali kepada yang abadi, kepada-Nya yang Maha Memiliki."
Malam ini, hujan menulis syair di kaca jendela,
seperti rindu yang jatuh tanpa bisa ditahan,
setiap tetesnya adalah doa,
mengalir dari hati seorang ayah yang sunyi.
Dulu, kamar-kamar ini bersuara,
tawa anak-anak yang berkejaran dengan waktu,
cerita-cerita kecil sebelum tidur,
dan pelukan hangat penuh cinta.
Kini, hanya kesunyian yang menjawab,
dinding-dindingnya menyimpan gema kenangan,
mengisahkan cerita tentang kebahagiaan yang pernah bernafas di sini.
Hujan membawa pesan,
bahwa rindu adalah tanda cinta yang tak pernah padam,
meski jarak dan waktu memisahkan,
setiap kenangan adalah jembatan menuju hikmah.
Wahai malam minggu yang lengang,
ajari aku menerima titipan ini dengan ikhlas,
sebab rumah, harta, dan anak-anak adalah anugerah sementara,
dan kini saatnya merawat diri,
menguatkan iman,
agar langkahku tetap menuju cahaya-Nya.
Biarlah rindu ini menjadi pupuk bagi amal,
seperti hujan yang menyuburkan tanah,
menghidupkan harapan,
dan menumbuhkan ketaatan.
Anak-anakku,
meski kita terpisah jarak,
doaku memeluk kalian di setiap sujud,
dan kerinduan ini hanya membawaku lebih dekat,
kepada Yang Maha Memiliki segalanya.
Hujan, rindu, dan malam minggu,
adalah anugerah yang mengingatkan hati,
bahwa segala yang pernah kita miliki,
hanya titipan dari Sang Pemilik abadi.
Dan aku belajar,
bahwa cinta sejati adalah mendekatkan,
bukan hanya kepada yang dirindu,
tetapi kepada Dia yang mempertemukan rindu dan keabadian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H