Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Etika Menjadi Faktor Penentu dalam Produktivitas di Era Keberlanjutan?

15 November 2024   10:48 Diperbarui: 15 November 2024   10:48 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Etika bukan sekadar aturan, melainkan fondasi yang membentuk budaya kerja yang produktif dan berkelanjutan. Dengan integritas, produktivitas menjadi bermakna - menciptakan dampak yang melampaui angka dan keuntungan."

Dalam dunia kerja yang kompetitif, produktivitas sering menjadi tolok ukur utama kesuksesan. Namun, apakah produktivitas yang hanya berfokus pada hasil angka benar-benar mencerminkan keberhasilan sejati?

Di era keberlanjutan saat ini, perusahaan dihadapkan pada tantangan yang lebih kompleks: tidak hanya mencapai target, tetapi juga melakukannya dengan cara yang bermakna, etis, dan bertanggung jawab. Di sinilah etika menjadi pondasi penting yang dapat menyelaraskan produktivitas dengan tanggung jawab sosial.

Pembahasan ini akan membawa kita memahami bagaimana menyatukan visi perusahaan dengan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat - sebuah langkah yang tidak hanya memperkuat reputasi bisnis, tetapi juga menciptakan dampak positif bagi semua pihak.

1. Etika dan Produktivitas: Menyelaraskan Visi Perusahaan dengan Tanggung Jawab Sosial

Banyak perusahaan memandang etika dan produktivitas sebagai dua entitas yang berlawanan. Di satu sisi, produktivitas seringkali dilihat sebagai hasil dari efisiensi, kecepatan, dan kemampuan untuk mencapai lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit. Di sisi lain, etika bisa dianggap sebagai prinsip-prinsip yang berpotensi memperlambat proses. Namun, pandangan ini tidak selalu benar.

Contoh nyata adalah perusahaan ritel multinasional Patagonia yang telah berhasil mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam bisnisnya. Dalam menjalankan produksi yang etis, mereka mengedepankan nilai-nilai sosial yang kuat, seperti komitmen untuk hanya menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan, memberikan upah layak kepada pekerjanya, dan mendukung kebijakan daur ulang.

Meski awalnya terkesan memperlambat produktivitas, praktik ini justru menciptakan loyalitas pelanggan yang kuat, meningkatkan citra perusahaan, dan memposisikan Patagonia sebagai salah satu merek yang paling berkelanjutan di dunia. Pendekatan Patagonia menunjukkan bahwa produktivitas dan etika tidak hanya kompatibel, tetapi bisa saling mendukung untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

2. Mengintegrasikan Etika dan Produktivitas di Tempat Kerja

Setiap perusahaan, baik besar maupun kecil, dapat menerapkan etika dan produktivitas secara beriringan dengan strategi yang sesuai. Hal ini dapat dimulai dengan langkah-langkah sederhana seperti menyusun kebijakan keberlanjutan yang jelas dan memberikan pelatihan kepada karyawan tentang pentingnya tanggung jawab sosial dalam produktivitas sehari-hari.

Studi kasus menarik adalah perusahaan teknologi Microsoft yang memperkenalkan konsep AI yang bertanggung jawab dalam upaya memastikan bahwa teknologi yang mereka kembangkan tidak hanya inovatif tetapi juga etis. Mereka menciptakan kebijakan internal untuk menghindari pengembangan teknologi yang mungkin disalahgunakan, serta memberikan pelatihan khusus kepada karyawan tentang potensi dampak teknologi pada masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun