"Jadilah cahaya yang menerangi sesama; jika tak mampu memberikan manfaat, hindari memberi mudharat. Bangunlah kebahagiaan di hati mereka, bukan kesedihan, dan pujilah kebaikan dengan hati tulus, bukan celaan."
Sering kali dalam kehidupan ini, kita menghadapi situasi yang menuntut kita untuk membuat keputusan dalam bersikap kepada orang lain. Terutama kepada sesama mukmin. Sikap yang kita ambil bukan hanya mencerminkan karakter diri, namun juga mengungkapkan kualitas iman serta pemahaman kita tentang nilai-nilai Islam.
Yahya bin Muadz rohimahullah mengajarkan sebuah prinsip yang sederhana namun begitu dalam, memberikan kita tiga pedoman dalam memperlakukan saudara sesama Muslim: "jika kita tidak bisa memberi manfaat, jangan memberi mudharat; jika tidak bisa membuat gembira, jangan membuat sedih; jika tidak bisa memuji, jangan mencela".
1. Beri Manfaat, Hindari Mudharat
Perbuatan baik selalu diawali dengan niat yang baik. Dalam konteks human capital dan pengembangan sumber daya manusia, ini adalah prinsip utama yang menggerakkan organisasi menuju kesejahteraan bersama. Islam mengajarkan agar setiap mukmin menjadi sumber manfaat, bukan sumber mudharat. Dalam kehidupan sehari-hari, prinsip ini bisa diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan kebahagiaan orang lain.
Sebagai seorang Muslim dan praktisi di bidang human resources, prinsip ini dapat diterapkan melalui kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan. Memberikan manfaat, baik dalam bentuk dukungan psikologis maupun motivasi, akan meningkatkan loyalitas dan kebahagiaan mereka dalam bekerja. Di dunia yang penuh kompetisi, kemampuan untuk "tidak memberi mudharat" menjadi nilai penting yang membangun kepercayaan dan rasa aman di tempat kerja.
2. Berikan Kebahagiaan, Jauhi Kesedihan
Dalam psikologi positif, tindakan memberikan kebahagiaan pada orang lain dikenal sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis kita sendiri. Menciptakan kebahagiaan bagi sesama mukmin adalah amal yang dicintai oleh Allah, Ar-Rahman, Sang Maha Pengasih. Memberi kebahagiaan bisa diwujudkan dengan menyapa dengan penuh kehangatan, memberikan senyum tulus, atau sekadar memberikan perhatian.
Dalam konteks manajemen bakat dan human capital, menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan adalah salah satu kunci sukses. Mengapa ini penting? Karena seorang karyawan yang bahagia akan bekerja dengan motivasi dan produktivitas yang lebih tinggi, dan pada akhirnya memberikan kontribusi yang lebih besar kepada perusahaan. Rasulullah SAW sendiri bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain," menekankan pentingnya kita untuk menjadi sumber kebahagiaan, bukan sumber kesedihan.
3. Menghargai dengan Memuji, Menghindari Celaan
Dalam hidup, kita sering kali tergoda untuk mencela, baik karena kesalahan kecil maupun ketidaksempurnaan yang manusiawi. Namun, mencela hanya akan memutus hubungan dan menciptakan suasana negatif. Sebaliknya, jika kita dapat memberikan apresiasi atas kebaikan dan kelebihan orang lain, hal ini akan menguatkan hubungan persaudaraan serta menumbuhkan semangat. Menghargai dan memuji adalah bagian dari etika yang tinggi dalam Islam dan bermanfaat untuk menumbuhkan rasa percaya diri.