"Jangan biarkan meeting jadi penghalang kreativitasmu. Ingat, satu ide brilian lebih berharga daripada seribu janji 'akan saya email ya'!"
Meeting yang Bisa Dikirim via Email
Pernah nggak sih, kalian merasa kalau banyak waktu di kantor terbuang percuma hanya untuk meeting yang, ironisnya, bisa diselesaikan lewat satu kalimat email? Nah, saya mau cerita tentang pengalaman menarik ini.
Jadi, bayangkan kita semua baru saja duduk rapi di ruang meeting. Seperti biasanya, bos masuk dengan serius, laptop dibuka, notulen siap, dan semua memasang muka serius seolah-olah siap menyusun strategi yang akan mengubah dunia. Tapi kenyataannya, setengah jam berlalu...dan kita hanya bolak-balik mendiskusikan hal yang, kalau dipikir-pikir, sebenarnya bisa disampaikan lewat satu kalimat singkat: "Akan saya email ya."
Meeting sebenarnya mulai terasa seperti ajang wisata. Kita semua berkeliling membahas ide-ide yang - sejujurnya - sudah jelas. Sambil duduk, saya berpikir, "Apa ini bukan sekadar cara nostalgia saja? Kembali ke masa di mana kita berbicara panjang lebar tentang hal yang sebenarnya sudah jelas jawabannya."
Duh, Koq Kebiasaan Seperti Ini Berulang Lagi
Saya nggak bercanda, ada saat di mana satu jam penuh dihabiskan hanya untuk merumuskan kesimpulan... yang akhirnya lagi-lagi diakhiri dengan janji pamungkas: "Nanti saya email ya." Begitu halus, begitu klasik. Seolah, setiap meeting harus ditutup dengan signature itu.
Kadang saya merasa, ini bukan lagi meeting kerja, melainkan ajang nostalgia zaman baheula di mana kita belum kenal email. Bayangkan, di era di mana teknologi memungkinkan kita bekerja dari mana saja, tapi kita masih harus datang ke ruang rapat, menunggu giliran bicara, hanya untuk...menunggu janji "Nanti saya email ya."
Tapi yang paling menggelikan, meeting ini sepertinya nggak punya batasan waktu. Bukannya solusi yang kita dapatkan, melainkan janji-janji manis yang lagi-lagi diakhiri dengan kata penutup "Akan saya kirim via email". Pernah suatu kali, saya memberanikan diri bertanya pada bos, "Kalau akhirnya cuma bilang 'saya email ya', kenapa kita semua berbondong-bondong ke ruang rapat?" Jawabannya? "Begini kan lebih enak ngobrolnya." Enak? Bapak bos, ini bukan ngobrol di warung kopi!
Begitu selesai, semua orang bubar, balik ke kubikel masing-masing. Tapi, coba tebak, yang dinantikan malah nggak muncul di inbox selama berhari-hari. Janji "akan saya kirim via email" rasanya kayak janji teman mau ngembalikan duit pinjaman - ada, tapi jauh di awang-awang.