Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sabar, Batas Minimum Menghadapi Cobaan Hidup

26 Oktober 2024   05:36 Diperbarui: 26 Oktober 2024   06:52 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sabar adalah fondasi yang tak tergoyahkan dalam menghadapi ujian hidup.|Image: rock-wealth.co.uk

"Sabar adalah kekuatan tersembunyi yang menjaga hati tetap teguh saat cobaan datang. Dalam kesabaran, kita temukan ketenangan, kedewasaan, dan kedekatan dengan Sang Pencipta."

Masalah, cobaan, dan ujian hidup akan datang terus silih berganti. Bentuk, wujud, dan waktunya, juga akan berganti-ganti. Kuncinya, ada pada bagaimana kita bisa mensikapinya dengan baik, benar, dan tepat.

Dalam menghadapi cobaan hidup, manusia terbagi dalam beberapa tingkatan respons, sebagaimana diungkapkan oleh Syaikh Al-'Allamah Al-Utsaimin. Salah satu tingkatan utama dan paling mendasar yang harus kita capai adalah sabar, yang merupakan titik aman bagi seorang hamba dalam merespons ujian. Sabar adalah batas minimum yang menjadi pertahanan agar seseorang tetap berada di jalan iman.

Dalam bingkai psikologi positif dan pendekatan human capital, sabar bukan hanya sikap pasif, tetapi juga kekuatan aktif yang mengubah keterpurukan menjadi kesempatan bagi pertumbuhan dan pembelajaran.

Artikel ini akan mengupas dengan mendalam bagaimana sabar memberikan ketenangan dan pandangan hidup yang kokoh dalam menghadapi segala bentuk cobaan, serta nilai-nilai yang dapat memperkuat sikap tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Kita akan mendalami mengapa batas minimum menghadapi cobaan adalah sabar. Lalu, menguak nilai sabar dalam bingkai psikologi positif dan keimanan.

Keadaan Manusia Menghadapi Cobaan dalam Spektrum Sikap dalam Islam

Dalam pandangan Islam, menurut Syaikh Al-'Allamah Al-Utsaimin, respons manusia terhadap cobaan dapat dipilah menjadi empat tingkatan: marah, sabar, rida, dan syukur. Masing-masing tingkatan memiliki implikasi mendalam terhadap jiwa dan iman seseorang. Tingkatan marah merupakan respons yang rentan menjerumuskan seseorang ke dalam kekufuran, sedangkan sabar adalah batas minimum agar hati tetap tenang dan berserah kepada ketetapan Allah.

Rasulullah bersabda, "Sabar itu hanyalah pada benturan pertama," artinya saat ujian datang, seketika itu pula kita harus mampu menahan diri dari sikap yang dapat menggerus iman. Seorang mukmin yang sabar bukanlah mereka yang terbebas dari rasa sakit atau kekecewaan, tetapi mereka yang mampu mengendalikan emosi dan meredam reaksi negatif pada saat-saat paling sulit.

Sabar dalam Perspektif Psikologi Positif

Dalam psikologi positif, sabar dipandang sebagai "self-regulation" atau kemampuan mengendalikan diri dari impuls negatif dan meredam stres, sehingga memungkinkan seseorang mengambil keputusan dengan kepala dingin. Psikologi positif menekankan bahwa ketahanan emosional yang dibangun melalui sabar akan membantu individu untuk lebih produktif, kreatif, dan lebih siap menghadapi situasi sulit. Melalui sabar, individu menghindari respons destruktif yang muncul dari rasa marah, kecewa, atau frustasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun