2. Mendorong Dialog Terbuka. Membuat forum di mana anggota tim dapat berbagi pengalaman dan pandangan mereka. Forum ini dapat membantu membangun kepercayaan dan mengurangi ketegangan yang mungkin timbul dari perbedaan.
3. Menetapkan Kebijakan Inklusi. Mengimplementasikan kebijakan yang memastikan bahwa semua anggota tim, tanpa memandang latar belakang, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.Â
Contohnya, perusahaan Matahari dan Unilever telah menerapkan kebijakan untuk memastikan bahwa perempuan mendapatkan akses yang sama dalam posisi kepemimpinan.
4. Penghargaan dan Pengakuan. Menghargai kontribusi setiap anggota tim, termasuk yang berasal dari latar belakang yang beragam, akan meningkatkan motivasi dan loyalitas mereka terhadap organisasi.
5. Evaluasi Kinerja yang Adil dan Setara. Menerapkan sistem evaluasi kinerja yang mempertimbangkan konteks budaya, sehingga penilaian terhadap prestasi karyawan menjadi lebih adil.
Penutup
Kesimpulannya, manajer senior harus melihat keragaman bukan sebagai tantangan, tetapi sebagai aset yang dapat meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam organisasi. Dengan mengadopsi pendekatan adaptabilitas strategis dan menerapkan praktik inklusi, organisasi dapat berkembang di tengah kompleksitas global. Seperti yang dinyatakan oleh Simon Sinek, seorang pembicara motivasi terkenal, "Perubahan tidak akan terjadi jika kita menunggu orang lain atau waktu yang tepat. Kita adalah orang yang kita tunggu."
Oleh karena itu, para manajer harus terus mengembangkan keterampilan ini demi keberhasilan jangka panjang, mengingat bahwa keragaman yang dikelola dengan baik akan menghasilkan kekuatan yang luar biasa bagi organisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H