Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mizan Timbangan Amal, Apakah Kebaikanmu Cukup Berat di Akhirat?

21 Oktober 2024   05:38 Diperbarui: 21 Oktober 2024   07:06 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebaikan kecil di dunia, bisa menyelematkan di akhirat.|Foto: tshfidzbaitulquran.com

3. Manusia Itu Sendiri. Menariknya, manusia juga akan ditimbang. Nabi bersabda:
"Pada hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai seberat sayap nyamuk." (HR. Bukhari no. 4729)

Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa ukuran fisik atau penampilan duniawi seseorang tidak memiliki bobot di sisi Allah, kecuali amalnya. Betapapun besar atau megah seseorang di dunia, jika amalnya tidak baik, maka ia akan menjadi ringan di timbangan.

Timbangan Amal Bagi Orang Kafir

Di dalam surat Al-Kahfi, Allah Subhanu Wa Ta'la berfirman: "Kami tidak akan menimbang amal mereka pada hari Kiamat."
(QS. Al-Kahfi: 105)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa amal orang-orang kafir tidak akan ditimbang, karena meskipun mereka mungkin memiliki amal baik di dunia, amal itu tidak memiliki nilai di hadapan Allah tanpa keimanan. Pendapat lain menyebutkan bahwa amal mereka tetap ditimbang, namun selalu lebih ringan dibanding amal buruk mereka. Perbedaan pendapat ini menjadi bagian dari khazanah khilaf yang tetap berada dalam koridor Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Kisah Kartu yang Lebih Berat dari Segala Amal Buruk

Salah satu kisah yang menggetarkan hati adalah hadis dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu 'anhuma, di mana Rasulullah bersabda tentang seorang hamba yang dihadapkan kepada Allah pada hari Kiamat dengan sembilan puluh sembilan catatan amal buruk, yang setiap catatannya sejauh mata memandang. Allah bertanya kepada hamba tersebut, apakah ada sesuatu yang ia bantah dari catatan itu, dan hamba tersebut mengakui semuanya.

Namun, Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang lalu berfirman bahwa hamba tersebut memiliki satu kebaikan, yaitu sebuah kartu bertuliskan "Asyhadu an Laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan 'abduhu wa rasuuluh". Ketika semua catatan amal buruk ditimbang di satu daun timbangan, dan kartu ini di daun yang lain, ternyata kartu ini lebih berat dan menyelamatkan hamba tersebut dari kehancuran. (HR. Ahmad no. 6994)

Kisah ini menggambarkan betapa besar nilai iman dan tauhid di sisi Allah. Kalimat "Laa ilaaha illallah" memiliki bobot yang sangat luar biasa, lebih berat dari semua dosa dan kesalahan manusia. Hal ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa menjaga keimanan dan tauhid sebagai fondasi utama kehidupan kita.

Hikmah dari Timbangan Amal

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita terjebak dalam rutinitas yang melalaikan kita dari amalan-amalan kecil namun penuh berkah. Hadis-hadis di atas mengajarkan bahwa amal yang ringan di dunia dapat membawa beban yang sangat berat di akhirat. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita senantiasa meningkatkan kualitas amal ibadah kita, memperbanyak dzikir, dan menjaga keikhlasan dalam setiap perbuatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun