Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebaikan yang Kita Tebar, Kebahagiaan yang Kita Tuai

17 Oktober 2024   06:07 Diperbarui: 17 Oktober 2024   06:09 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidup mulia berawal dari niat yang lurus dan tindakan yang penuh keikhlasan.|Image: Ilustrator AFM

"Ketika kita hidup dengan keyakinan yang kokoh dan niat yang lurus, setiap langkah adalah pengabdian kepada-Nya. Ketekunan dalam iman akan menuntun kita pada kemuliaan hidup yang penuh berkah dan ridha-Nya."

Kebaikan adalah kunci keberkahan hidup. Namun, dalam kehidupan yang penuh tantangan ini, kita sering kali dihadapkan pada pilihan antara memikirkan diri sendiri atau menginginkan kebaikan bagi orang lain. Sebagai manusia yang beriman, kita diajarkan bahwa menginginkan kebaikan bagi sesama bukan hanya sebuah tindakan mulia, melainkan juga jalan menuju keberkahan hidup.

Rasulullah bersabda, "Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri" (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan betapa pentingnya niat baik terhadap orang lain sebagai bagian dari kesempurnaan iman kita.

Mengapa Kebaikan kepada Orang Lain Penting?

Menginginkan kebaikan bagi orang lain membawa manfaat yang sangat luas, baik dalam kehidupan spiritual, psikologis, maupun sosial. Dari sudut pandang spiritual, Allah memberikan pahala yang berlipat ganda kepada mereka yang tulus mendoakan dan menginginkan kebaikan bagi sesamanya. 

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullahu ta'ala menyatakan, "Niatkan kebaikan untuk orang lain; maka engkau akan meraih kebaikan juga." Keutamaan Allah tidak terhalang oleh manusia, dan setiap niat baik yang kita tanamkan untuk orang lain akan kembali kepada kita dengan kebaikan yang lebih besar.

Manfaat Psikologis: Kebahagiaan Sejati Ada di Kebaikan

Tidak hanya dari sisi spiritual, menginginkan kebaikan bagi orang lain juga memberikan dampak psikologis yang mendalam. Penelitian dalam psikologi positif menunjukkan bahwa orang yang sering berbuat baik cenderung lebih bahagia, lebih sehat, dan memiliki hubungan sosial yang lebih baik.

Tindakan kebaikan, baik dalam bentuk materi maupun sekadar doa tulus, dapat memicu peningkatan hormon kebahagiaan dan mengurangi stres. Ini adalah prinsip dasar dari "abundance mindset," yaitu keyakinan bahwa keberkahan dan kebahagiaan cukup untuk semua orang, sehingga kesuksesan orang lain tidak akan pernah mengurangi jatah kita.

Menghindari Dengki dan Ego: Menghalangi Kebaikan Diri Sendiri

Namun, ada satu penghalang utama yang sering kali menjauhkan kita dari kebaikan, yaitu rasa dengki. Dalam hal ini, Syaikh al-Utsaimin mengingatkan bahwa iri hati adalah salah satu faktor terbesar yang menghalangi kita dari meraih kebaikan. Beliau berkata, "Jikalau engkau mendengki, maka sesungguhnya engkau tidak akan mampu menghalangi keutamaan Allah yang diberikan kepada orang lain."

Sikap dengki tidak hanya merugikan orang yang kita iri terhadapnya, tetapi juga merusak hati kita sendiri. Rasulullah mengajarkan kita untuk senantiasa bersikap sabar, rida, dan syukur atas segala takdir Allah, serta menjauhkan diri dari sifat iri yang merusak.

Kebaikan Menyebar: Lingkaran Kebaikan yang Tak Terputus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun