Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tanpa Disadari, Cahaya Hidayah Mulai Memudar: Sudahkah Kita Merasakannya?

25 September 2024   05:20 Diperbarui: 25 September 2024   05:27 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika hidayah memudar, hati tak lagi merasakan nikmatnya mengingat Allah.|Foto: alphacoders.com

"Hidayah adalah cahaya yang menerangi jiwa, namun tanpa kesadaran, ia bisa memudar. Sadari kehilangannya sebelum terlambat, karena dunia tak sepadan dengan kekosongan hati dari cahaya Ilahi."

Terkadang kita begitu terlena dengan hiruk pikuk kehidupan, hingga tak sadar bahwa sebagian dari hidayah-Nya telah Allah ambil. Kekhusyukan yang dulu begitu mendalam saat berdiri dalam salat, kini terasa hampa. Hati yang dulu gemetar saat mendengar ayat-ayat Al-Qur'an, kini tak lagi bergetar. Zikir yang dulu menenangkan, kini terasa hambar. 

Tilawah Al-Qur'an yang dulu memenuhi hari-hari kita, kini hanya sebatas rutinitas yang terlupakan. Kita tak lagi menangis dalam doa, tak lagi merasa kehilangan saat jauh dari dzikir dan ibadah.

Mengapa kita tak merasa risau ketika keindahan hubungan dengan Allah perlahan memudar? Tak ada tangisan, tak ada rasa kehilangan, seolah tak ada yang berubah. Namun saat sedikit saja dari duniawi terenggut, kita bersedih, gelisah, dan tenggelam dalam keputusasaan.

Sungguh, dunia seolah lebih besar dalam hati kita dibandingkan akhirat, padahal dunia tak lebih dari bangkai anak kambing yang tiada harganya.

Rasulullah shollallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Siapa yang merasa gembira dengan amal kebaikannya dan merasa susah dengan amal keburukannya maka ia adalah mukmin."
(HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)

Kekhusyukan yang Hilang

Pernahkah kita merenung sejenak? Bahwa hidayah dari Allah itu adalah karunia yang tak ternilai. Ia adalah anugerah yang memuliakan seorang hamba di hadapan Rabb-nya. Namun sayang, kita sering tak menyadari bahwa hidayah itu juga bisa perlahan-lahan diambil kembali. Salah satunya adalah kekhusyukan. Ketika shalat tak lagi menenangkan, ketika hati tak lagi terisi oleh cinta kepada-Nya, itu pertanda bahwa sebagian dari hidayah tersebut telah hilang.

Bila hati tak lagi gemetar saat mengingat Allah, bukankah itu tanda bahwa ada sesuatu yang hilang dari diri kita? Seperti tetesan air yang perlahan-lahan habis dari sebuah kendi, demikian pula hidayah yang bisa hilang dari kita. Tak terasa, tetapi nyata.

Tilawah yang Terlupakan

Al-Qur'an, kalamullah yang mulia, adalah sumber ketenangan bagi hati yang merindukan Tuhan-nya. Namun, berapa banyak di antara kita yang telah lupa melantunkan ayat-ayat-Nya? Berapa kali kita abai dari membacanya, meski sesungguhnya ia adalah petunjuk yang akan membimbing kita di kegelapan dunia? Hati yang dahulu merasa manis saat membaca Al-Qur'an, kini menjadi hambar. Tak terasa, hidayah itu semakin jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun