"Kolaborasi tanpa batas dan inovasi teknologi adalah dua sayap yang akan membawa logistik nasional kita terbang lebih tinggi menuju efisiensi dan kemajuan."
Biaya logistik nasional menjadi salah satu penentu utama dalam memperkuat daya saing ekonomi Indonesia di kancah global. Tingginya biaya logistik menjadi tantangan yang perlu diatasi jika Indonesia ingin mewujudkan visinya menuju Indonesia Emas 2045. Salah satu fokus pembangunan nasional, sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2025-2029, adalah menurunkan biaya logistik, sejalan dengan visi Kementerian Perhubungan 2025-2029 yang menargetkan "Transportasi Maju." Dalam konteks ini, Sekretariat Jenderal Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Dirjen Hubdat) memegang peranan penting, terutama melalui pengembangan potensi transportasi barang.
Sebagai pemerhati transportasi nasional dan kebijakan publik, saya ingin menyoroti bagaimana kolaborasi stakeholder dapat menjadi kunci untuk menurunkan biaya logistik nasional. Artikel ini akan membahas strategi-strategi utama yang relevan, serta bagaimana pemangku kepentingan seperti pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat bisa berperan aktif dalam menciptakan sistem logistik yang efisien dan berkelanjutan.
Tantangan dan Peluang Menurunkan Biaya Logistik
Dua tantangan besar yang sering kali dihadapi dalam menurunkan biaya logistik nasional adalah infrastruktur yang belum memadai dan emisi gas rumah kaca yang tinggi. Dengan kondisi infrastruktur yang terbatas, proses distribusi barang memakan waktu lebih lama dan membutuhkan biaya tambahan. Sementara itu, tuntutan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca memerlukan adaptasi sektor transportasi darat dengan teknologi ramah lingkungan.
Biaya logistik nasional Indonesia saat ini mencapai 14,29% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2023. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan dari sebelumnya, di mana biaya logistik tercatat sekitar 23% pada tahun 2020 (antaranews.com, 10/20/2023). Pemerintah Indonesia menargetkan untuk menurunkan biaya logistik lebih lanjut menjadi 8% dari PDB dalam jangka waktu yang akan datang, sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing ekonomi nasional (dephub.go.id, 25/07/2024)
Sebagai gambaran dan perbandingan, negara dengan biaya logistik nasional terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang paling rendah di dunia adalah Amerika Serikat dan Jepang. Yaitu, masing-masing biaya logistik sebesar 9,9% dan 10,6% dari PDB (Asosiasi Logistik Indonesia, ali.web.id). Negara-negara maju lainnya seperti Korea Selatan memiliki biaya logistik sebesar 16,3% dari PDB, sedangkan rata-rata negara Eropa berkisar antara 8% hingga 11% (ali.web.id & dephub.go.id).
Namun demikian, terdapat peluang besar melalui kolaborasi antara pemerintah, perusahaan logistik, dan sektor swasta, serta pemanfaatan teknologi digital. Kolaborasi yang solid antar pemangku kepentingan akan menjadi landasan bagi perbaikan sistem logistik nasional yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Strategi Menurunkan Biaya Logistik
Untuk mencapai target penurunan biaya logistik, terdapat beberapa strategi yang dapat diimplementasikan oleh Sekretariat Jenderal Dirjen Hubdat: