Alkisah, di sebuah kerajaan modern, hiduplah si Anak Bungsu Raja Dadakan. Dia bukanlah pangeran biasa, meski wajahnya berseri-seri bak pahlawan poster kampanye, ada satu hal yang membuatnya berbeda. Suatu hari, tersiar kabar bahwa ia berencana menemui Dewan Anti-Gratifikasi Kerajaan untuk "minta arahan".
"Ada apa, wahai Anak Bungsu?" tanya salah satu penasihatnya.
Sang Anak Bungsu, dengan gaya santai, menjawab, "Ini soal gratifikasi, penasihatku. Katanya, nebeng jet pribadi teman bisa disangka gratifikasi. Nah, aku kan cuma nebeng, nggak salah, kan?"
Penasihatnya tersenyum tipis, seolah ingin menahan tawa. Beberapa pasukan pengawal raja di sekelilingnya tajam mengawasinya. Katanya, "Hmm, kebenaran itu memang bisa disampaikan dengan jet pribadi, tapi kalau rakyat mendengar, mereka mungkin lebih tertarik pada suara langkah keadilan daripada suara mesin jet itu, Pangeran."
Sang Anak Bungsu terdiam. Ia pun kaget dirinya disebut sebagai pangeran. "Iya juga, ya. Tapi ini cuma nebeng, kan nggak dosa."
Penasihat itu menatap jauh ke langit, lalu berkata, "Gratifikasi itu seperti nebeng jet pribadi, wahai Pangeran. Terkadang yang terlihat hanya sekadar tumpangan, padahal di dalam pesawat itu penuh tanda tanya. Siapa yang benar-benar terbang, siapa yang sebenarnya nebeng? Atau... siapa yang membawa angin di balik sayap pesawat?"
Si Anak Bungsu mulai menggaruk-garuk kepala. Agak pusing juga dia mencernanya. Maklum, dia tak suka yang rumit-rumit dan komplek. Akhirnya, ia heran juga, "Lho, nebeng aja kok jadi rumit begini?"
"Begitulah hukum di negeri ini," jawab penasihatnya. "Apalagi kalau yang nebeng di jet, bukan di angkot. Apakah lebih mudah menemukan tempat duduk di jet pribadi daripada di bangku keadilan? Itulah pertanyaan besarnya."
Si Anak Bungsu mulai merasa cemas. Terbersit juga dalam pikiran dangkalnya, masa anak raja masuk penjara. "Jadi, aku ini salah?"
"Yah," ujar penasihat sambil tersenyum, "kalau nebeng di jet pribadi, kan beda sama nebeng di angkot. Rakyat kita kalau nebeng di angkot aja udah pusing tiga belas keliling mikirin ongkosnya. Apalagi kalau nebeng jet, nggak cuma ongkos yang dipikirin, tapi juga kecurigaan."
Sang Anak Bungsu menghela napas. "Wah, ternyata berat juga ya jadi anak bungsu Raja. Nebeng aja bisa bikin heboh."