Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sahabat, Renungkanlah Kebiasaan Membandingkan Seperti Ini

19 September 2024   06:07 Diperbarui: 19 September 2024   06:08 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop membandingkan diri. Ketenangan sejati bukan dari harta, tahta, atau pun kemasan dunia lainnya, tapi dari hati |Foto: beingthechange.com.au

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan ini, ada kalanya kita terjebak dalam kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Seringkali, kita mengukur kesejahteraan hidup kita berdasarkan pencapaian dan kekayaan orang lain. Tanpa kita sadari, ini dapat menggerogoti ketenangan hati, membawa resah yang tak kunjung padam, dan membuahkan rasa iri yang merusak jiwa. Namun, sahabatku, pernahkah engkau merenung sejenak, apa sebenarnya yang seharusnya menjadi tolok ukur kebahagiaan dan kesuksesan kita?

Sebagai seorang muslim yang beriman, kita diajarkan bahwa segala yang ada di dunia ini hanyalah sementara. Kekayaan, jabatan, dan harta benda adalah titipan dari Allah yang pada akhirnya akan kembali kepada-Nya. Sungguh, kehidupan ini adalah perjalanan yang penuh dengan ujian. Di balik setiap nikmat yang diberikan, tersimpan tanggung jawab yang besar. Maka, jika engkau hanya melihat dari sudut pandang duniawi, engkau akan selalu merasa kurang, dan kebahagiaanmu akan terasa jauh.

Ustadz Dr. Musyaffa' ad Dariny hafizhahullah pernah mengingatkan kita dengan petuah yang sangat mendalam,
"Jika anda selalu membandingkan kesejahteraan hidup anda dengan orang-orang kaya, maka, harusnya anda bandingkan juga keadaan agama anda dengan orang-orang yang bertakwa. Itu baru adil. Belum lagi dengan yang pertama, Anda akan rugi dengan hilangnya ketenangan hati, sedang dengan yang kedua, Anda akan untung dalam agama dan dunia sekaligus."

Hakikat Perbandingan yang Benar

Sahabatku, seringkali kita mengabaikan perbandingan yang lebih hakiki, yaitu perbandingan dalam hal agama dan ketaatan kepada Allah. Mengapa kita begitu cepat iri kepada mereka yang memiliki kekayaan dunia, namun lalai untuk iri kepada mereka yang lebih bertakwa? Mengapa kita tidak menjadikan keimanan dan ketakwaan sebagai standar pencapaian yang lebih mulia?

Ketika engkau membandingkan kesejahteraan duniamu dengan orang-orang kaya, rasa ketidakpuasan akan terus menghantuimu. Hal yang sama juga akan dirasakan bila kita membandingkan pada karir, profesi, kesibukan, jabatan dan kewenangan, hingga kemasan dunia lainnya.

Hati yang dulunya damai akan terganggu oleh kecemasan dan keinginan yang tiada henti. Sebaliknya, saat engkau membandingkan dirimu dengan orang-orang yang lebih bertakwa, akan ada dorongan untuk memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah, dan meraih ketenangan hati yang hakiki.

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Janganlah kamu arahkan pandangan matamu kepada kenikmatan yang Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan kesenangan itu. Karunia Tuhanmu adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Tha-Ha 20: 131). Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala hiasan dunia yang terlihat memukau dan berkilau hanyalah ujian, sementara karunia Allah yang lebih abadi ada dalam keimanan dan ketakwaan.

Keuntungan Dunia dan Akhirat

Sahabat, dengan membandingkan keadaan agama kita dengan mereka yang lebih bertakwa, kita tidak hanya akan mendapatkan keuntungan di akhirat, tetapi juga di dunia. Mengapa demikian? Karena orang yang bertakwa akan senantiasa hidup dalam keridhaan Allah. Mereka menikmati ketenangan yang tiada banding, meskipun mungkin secara materi tidak berlimpah. Ketenangan itu adalah buah dari keyakinan bahwa Allah selalu mencukupi kebutuhan mereka, serta ridha terhadap segala ketetapan-Nya.

Dalam dunia yang serba cepat ini, di mana kebanyakan orang berlomba-lomba mengejar kenikmatan dunia, kita perlu kembali kepada esensi kehidupan yang sebenarnya. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati." (HR. Bukhari dan Muslim). Betapa indahnya ajaran ini, yang mengajarkan kita bahwa kekayaan sejati bukanlah diukur dari jumlah harta, melainkan dari kedamaian hati yang tercapai melalui keimanan dan ketaatan kepada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun