Allah Ta'ala berfirman dalam surah Al-Mulk ayat kedua:
"Allah yang menciptakan mati dan hidup, untuk mengujimu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya..." (QS. Al-Mulk 67:2).
Betapa agungnya firman ini, mengingatkan kita tentang tujuan hidup yang hakiki. Dalam kehidupan ini, setiap detik merupakan ujian, ujian bukan hanya tentang seberapa banyak amal yang kita kerjakan, namun lebih mendalam lagi, seberapa baik dan berkualitas amal tersebut. Pertanyaannya bukan "Siapa yang paling banyak beramal?" melainkan "Siapa di antara kamu yang paling baik amalnya?"
Makna "Paling Baik Amalnya"
Ibnul Qayyim rohimahullah menyampaikan tafsir mendalam dari ayat ini melalui pernyataan Al-Fudhail bin 'Iyyadh, seorang ulama besar yang mengatakan bahwa amal yang paling baik adalah yang paling ikhlas dan paling benar.
Kita sering kali terjebak dalam kuantitas amal, berlomba-lomba untuk memperbanyak shalat, puasa, sedekah, dan amal ibadah lainnya. Namun, apakah kita telah memikirkan kualitas dari amal-amal tersebut? Dalam Islam, kualitas amal ditentukan oleh dua hal utama: keikhlasan dan kebenaran.
Ikhlas: Amal Hanya untuk Allah
Ikhlas adalah fondasi utama dari setiap amal. Seperti yang dijelaskan oleh Al-Fudhail bin 'Iyyadh, keikhlasan adalah niat yang murni semata-mata karena Allah Ta'ala. Tanpa keikhlasan, amal kita bagaikan bangunan megah yang berdiri di atas pasir yang rapuh; ia terlihat kokoh di luar, namun akan hancur dengan mudah. Allah tidak menerima amal yang bercampur dengan niat selain untuk-Nya, apapun bentuknya.
Bahkan sekecil apapun amal, bila dilakukan dengan hati yang ikhlas, ia akan memiliki bobot yang berat di sisi Allah. Seperti sabda Rasulullah , "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian." (HR. Muslim 2564).
Keikhlasan adalah rahasia tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah dan pelakunya. Di sinilah letak keajaiban iman: semakin kita menyembunyikan amal kita dari pandangan manusia, semakin tinggi derajatnya di sisi Allah.
Benar: Sesuai dengan Sunnah Rasulullah
Keikhlasan saja tidak cukup. Amal yang benar harus selaras dengan tuntunan Rasulullah . Al-Fudhail menegaskan bahwa kebenaran amal adalah sesuai dengan sunnah Rasulullah . Tanpa mengikuti sunnah, amal tersebut tidak akan diterima, meskipun niat kita tulus. Ini mengingatkan kita pada banyak riwayat yang menunjukkan bahwa betapa pentingnya berpegang teguh pada contoh yang diberikan oleh Nabi .