Di sebuah negeri bernama Gondok, demokrasi hanyalah topeng mewah yang dipakai para elit untuk menyembunyikan wajah aslinya: oligarki. Di sini, keadilan adalah komoditas mahal yang hanya bisa dibeli dengan uang. Rakyat bagaikan penonton dalam sebuah pertunjukan boneka, di mana para dalang sibuk menarik benang-benang kekuasaan.
Negeri Gondok bagaikan kapal pesiar mewah yang sedang tenggelam. Para penumpang kelas satu, para elit, sibuk berebut kursi di dek atas, membawa tas ransel berisi harta karun yang mereka rampas dari rakyat. Sementara itu, para penumpang kelas bawah meringkuk di lambung kapal, berjuang melawan banjir korupsi yang semakin menggenang.
Korupsi di negeri Gondok sudah seperti virus ganas. Semakin lama semakin menyebar, menjangkiti semua lapisan masyarakat, dari pejabat tinggi hingga bendahara RT di desa-desa. Vaksin untuk penyakit ini adalah integritas, tapi sayangnya obat mujarab itu sudah lama habis di pasaran.
"Apa bedanya pemimpin dengan maling?" tanya seorang warga Gondok pada temannya. "Kalau maling ketahuan malu, kalau pemimpin ketahuan malah promosi jabatan, atau jadi tim pemenangan calon pimpinan." jawab temannya sambil tertawa getir.
"Kapan terakhir kita melihat pemimpin yang benar-benar bekerja untuk rakyat?" tanya warga lainnya. "Sepertinya sudah lama sekali," jawab yang lain seraya menggelengkan kepala.
Di negeri Gondok, menjadi pejabat itu seperti main game level tinggi. Yang penting bisa nge-cheat dan nge-hack sistem. Korupsi sudah menjadi tren, bahkan dianggap sebagai gaya hidup. Yang tidak ikut korupsi malah dianggap ketinggalan zaman.
Jared Diamond, seorang ahli sejarah, pernah bilang kalau geografis itu penting. Tapi di negeri Gondok, yang paling penting itu geografis dompetnya. Dulu, kita diajarin kalau pahlawan itu rela berkorban untuk negara. Sekarang, pahlawan itu yang paling jago ngumpulin harta.
"Jared Diamond bilang, senjata, kuman, dan baja itu penting," kata seorang guru sejarah pada murid-muridnya. "Tapi di negeri ini, yang lebih penting itu senjata untuk melindungi harta, kuman korupsi yang menyebar, dan baja brankas untuk menyimpan uang hasil jarahan."
Kleptokrasi, penyakit kronis yang menjangkiti negeri Gondok, sudah sulit disembuhkan. Seperti kanker yang sudah menyebar ke seluruh tubuh, operasi besar pun belum tentu bisa menyembuhkannya.
Dan begitulah kehidupan di negeri Gondok, sebuah negeri di mana kekuasaan dan uang adalah segalanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H