Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tunduk di Hadapan Allah, Tinggi di Mata-Nya: Kekuatan Kerendahan Hati dalam Dakwah

11 September 2024   06:07 Diperbarui: 11 September 2024   06:12 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerendahan hati dalam dakwah adalah kunci menuju kemuliaan yang hakiki.|Foto: ngaji.id

"Merasa rendah dalam dakwah bukanlah kelemahan, tetapi kekuatan yang lahir dari kesadaran akan kebesaran Allah. Semakin kita tunduk di hadapan-Nya, semakin tinggi kita diangkat oleh-Nya."

Bersiaplah lelah dalam dakwah, karena dakwah itu sungguh susah. Khususnya untuk lingkar terkecil dimana kita berada.

Dalam setiap langkah dakwah, ada sebuah rahasia yang tersembunyi di balik kerendahan hati yang seringkali terlewat dari pandangan mata. Ketika seorang hamba menganggap dirinya lebih rendah dari seekor lalat demi memperjuangkan agama Allah, maka saat itulah dia mendekati puncak kemuliaan yang sejati di sisi-Nya.

Seperti yang disampaikan oleh Ibnul Jauzi saat mensifati Imam Ahmad –rahimahullah–, "Orang ini menganggap rendah dirinya demi (memperjuangkan agama) Allah Ta'ala, sehingga dia mengorbankan dirinya, sebagaimana Bilal dahulu menganggap rendah dirinya. Kami telah meriwayatkan dari Sa'id bin Musayyab bahwa dia menganggap dirinya lebih rendah daripada seekor lalat demi (memperjuangkan agama) Allah. Harga diri mereka rendahkan, karena mereka menatap hasil akhir yang baik, karena penglihatan yang didasari ilmu akan melihat hasil akhir, bukan keadaan sekarang" (Manaqib Imam Ahmad, hal: 446).

1. Hakikat Merendahkan Diri dalam Dakwah

Merendahkan diri di hadapan Allah bukan berarti menghinakan diri, melainkan bentuk kesadaran mendalam akan kebesaran Sang Pencipta dan kelemahan makhluk. Kesadaran inilah yang menuntun para pejuang tauhid untuk selalu menjaga hati dari kesombongan dan selalu mengutamakan kehendak-Nya di atas segala keinginan duniawi.

Bilal bin Rabah, seorang sahabat yang dikenal dengan keimanannya yang kokoh, menjadi teladan dalam hal ini. Meskipun ia datang dari kalangan budak, tetapi di hadapan Allah, ia menjadi salah satu pribadi yang paling mulia karena kerendahan hatinya dalam menerima dan mengamalkan dakwah Islam. Ini menunjukkan bahwa harga diri di mata manusia tidaklah seberapa dibandingkan dengan harga diri di hadapan Allah.

2. Mengosongkan Diri untuk Mengisi Jiwa dengan Ilmu dan Hikmah

Seperti gelas yang harus dikosongkan sebelum bisa diisi kembali, seorang da'i harus selalu berusaha mengosongkan dirinya dari kesombongan dan keangkuhan agar ia bisa menimba ilmu dan hikmah yang lebih dalam. Ketika gelas itu penuh dengan kebanggaan diri, maka ia tidak akan mampu menerima ilmu yang baru, apalagi menyalurkannya kepada orang lain.

Oleh karena itu, setiap langkah dakwah haruslah diiringi dengan muhasabah diri yang terus menerus, agar kita senantiasa menyadari posisi kita sebagai hamba yang kecil di hadapan kebesaran Allah.

3. Kemuliaan yang Diberikan Allah kepada Hamba yang Taat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun