Saat diri dalam kesendirian, di antara riuh rendahnya dunia yang semakin menuntut pengakuan, ada satu bisikan halus yang sering kali terlupakan oleh kita, umat manusia. Bisikan itu datang dari hati yang murni, namun sering ternoda oleh keinginan untuk dilihat, dipuji, dan diakui. Riya, itulah namanya. Sebuah penyakit hati yang begitu halus namun berbahaya, yang mampu merusak setiap amal kebaikan yang kita lakukan.
Seringkali kita melihat di media sosial, dengan mudahnya seseorang membagikan momen-momen penghargaan atas kebaikan, dan jasanya sebagai sukarelawan. Atau, ibadah mereka seraya memamerkan keberadaannya di sana. Tidak jarang pula kita mendengar seseorang yang menceritakan kesibukannya di berbagai kajian keagamaan. Atau, dengan bangga menceritakan aktivitas-aktivitas amal dan kebaikannya di depan umum, atau di medsos.
Namun, sudahkah kita bertanya kepada diri sendiri, untuk siapa sebenarnya amal-amal itu kita lakukan? Apakah hanya sekadar untuk menggapai ridha Allah, ataukah ada niatan tersembunyi agar mendapat pengakuan dari manusia?
Senyatanya, saat amal tersembunyi, hati tetap tenang. Karenanya, jaga keikhlasan di tengah godaan dunia riya.
Riya: Syirik Kecil yang Mengancam Amalan
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya'." Riya, meskipun dianggap kecil, adalah bentuk syirik yang dapat membatalkan pahala dari amal-amal kebaikan kita. Allah akan berfirman pada hari Kiamat nanti, "Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya' kepada mereka di dunia. Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?" (HR Ahmad).
Ingatlah, saudaraku, amal yang disertai riya' hanya akan membawa kita kepada kehampaan. Tidak ada balasan kebaikan dari Allah, dan pujian dari manusia pun tak akan memberikan manfaat di akhirat.
Sesungguhnya, hanya Allah-lah yang berhak memberikan balasan atas setiap amal perbuatan kita. Oleh karena itu, jika amal kita tercampur dengan riya', maka Allah Ta'ala, dalam sebuah hadits Qudsi, akan meninggalkannya dan tidak menerimanya. Allah berfirman, "Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang dicampuri dengan perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan dia dan (Aku tidak terima) amal kesyirikannya." (HR Muslim dan Ibnu Majah).
Menjaga Keikhlasan dalam Beribadah
Ketika kita beribadah, sembunyikanlah amal-amal kita, kecuali jika memang tidak bisa tidak harus ditampakkan seperti shalat berjamaah atau shalat Ied. Menyembunyikan amal adalah salah satu cara untuk menjaga keikhlasan, jauh dari riya'. Cukup bagimu Allah Ta'ala sebagai saksi atas amal-amalmu. Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk senantiasa memohon perlindungan dari riya'. Beliau berdoa, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan sesuatu dengan-Mu, sedang aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa yang aku tidak ketahui" (HR Ahmad).