jejak Nabi Muhammad bukan sekadar pilihan, tetapi kewajiban yang akan membawa kita pada kedekatan dengan Allah dan kebahagiaan sejati."
"MengikutiDalam keheningan malam, ketika bintang-bintang berkedip di langit dan angin lembut berbisik pelan, seorang Muslim yang jujur akan merenung, bertanya dalam hatinya: "Apakah aku benar-benar mengikuti Nabi Muhammad ?" Pertanyaan ini bukan sekadar refleksi biasa, tetapi merupakan pintu menuju kedalaman iman yang sejati, yang akan membawa seorang hamba pada kedudukan yang mulia di sisi Allah. Karena dalam mengikuti jejak Nabi, tersembunyi kunci rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat.
Allah, dalam firman-Nya yang penuh cinta dan keagungan, menyampaikan perintah yang jelas:
"Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, pasti Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. li 'Imrn 3:31)
Ayat ini menjadi cermin, memperlihatkan hakikat cinta sejati kepada Allah. Cinta itu bukan sekadar perasaan yang hampa, melainkan tindakan nyata yang mengikuti jejak kehidupan Rasulullah, sang suri teladan terbaik yang pernah ada. Imam Ibnu Katsir rahimahullah menegaskan, bahwa ayat ini adalah pemutus hukum bagi mereka yang mengaku mencintai Allah, namun enggan mengikuti syariat Rasulullah. Orang semacam itu, meskipun lisannya berkata cinta, hakikatnya mereka sedang berdusta, hingga mereka tunduk sepenuhnya pada ajaran dan teladan yang dibawa oleh Nabi dalam setiap langkah hidupnya.
Mengikuti Nabi bukan sekadar mengenakan pakaian sunnah atau mengucapkan shalawat tanpa penghayatan. Ini adalah bentuk ketaatan yang mendalam, yang mencakup segala aspek kehidupan - dari ibadah, muamalah, hingga akhlak. Rasulullah adalah manusia sempurna yang dituntun wahyu, dan mengikuti beliau adalah jalan menuju kedekatan dengan Allah. Betapa indahnya tatkala setiap langkah kita, setiap perbuatan kita, mencerminkan sunnah beliau. Inilah cinta yang hakiki, yang dijanjikan balasannya oleh Allah dengan kasih sayang dan ampunan-Nya.
Namun, Allah juga mengingatkan dalam firman-Nya yang berikut:
"Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir.'" (QS. li 'Imran 3:32)
Peringatan ini adalah ujian keimanan. Bagi mereka yang berpaling dari jalan Rasulullah, tak ada yang tersisa kecuali kehampaan dan kerugian yang nyata. Karena meninggalkan ketaatan pada Rasul berarti berpaling dari hidayah, dan barangsiapa yang berpaling, maka dia telah menutup pintu rahmat bagi dirinya sendiri.
Betapa ruginya mereka yang memilih jalan lain selain yang ditunjukkan oleh Nabi. Karena, sejatinya mereka telah meredupkan cahaya iman yang seharusnya menerangi kehidupannya.
Sebagai umat Islam, kita wajib meneladani dan menjadikan Nabi Muhammad sebagai pedoman utama. Ini bukan pilihan, melainkan kewajiban yang akan menentukan nasib kita di akhirat kelak. Hanya dengan mengamalkan ajaran beliau secara menyeluruh, kita bisa meraih kebahagiaan yang sejati.