Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menulis: Jalan menuju Surga atau Neraka

14 Agustus 2024   16:51 Diperbarui: 14 Agustus 2024   16:57 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari, menulis seringkali dipandang sebagai sarana ekspresi diri atau alat komunikasi semata. Namun, dalam pandangan Islam, menulis memiliki dimensi spiritual yang jauh lebih mendalam. Ia adalah seni dan ilmu yang dapat menjembatani manusia dengan Penciptanya. Juga menelusuri jejak-jejak keimanan, serta mengukir takdir di kehidupan selanjutnya. Setiap goresan pena bukan sekadar tinta di atas kertas, melainkan titian menuju jalan kebajikan atau sebaliknya, sebuah jurang yang menjerumuskan ke dalam keburukan.

Di era digital ini, di mana setiap kata yang kita tulis dapat menyebar dalam hitungan detik dan dibaca oleh ribuan bahkan jutaan orang, tanggung jawab seorang penulis semakin besar. Seperti api yang dapat menerangi namun juga membakar, tulisan memiliki kekuatan untuk membangun peradaban atau menghancurkannya. Maka, apakah tulisan kita selama ini telah menjadi cahaya yang menuntun menuju kebenaran, atau justru menjadi bayang-bayang yang menyesatkan?

Dalam khazanah spiritual Islam, menulis bukan hanya sebuah aktivitas fisik atau intelektual, melainkan sebuah jembatan menuju kebajikan atau keburukan abadi. Bagi seorang mukmin, setiap pena yang menari di atas kertas adalah refleksi dari niat dan keimanan yang mendalam. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bahwa menulis dalam perspektif Islam lebih dari sekadar mengekspresikan pikiran dan perasaan - ia adalah amalan yang bisa mendekatkan kita kepada surga atau menjauhkan kita dari neraka.

Memahami betapa besarnya dampak yang dapat ditimbulkan oleh sebuah tulisan, menjadi penting bagi kita untuk merenungkan kembali apa makna menulis dalam hidup kita. Apakah ia sekadar rutinitas dan hobi, ataukah sebuah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak? Artikel ini mengajak Anda untuk menelusuri hakikat menulis dalam Islam, sebagai langkah awal dalam meniti jalan menuju surga atau neraka.

Menulis Sebagai Cermin Niat dan Iman

Setiap tindakan kita dalam menulis harus dilandasi dengan niat yang tulus. Dalam hadith yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya." (HR. Bukhari dan Muslim). Menulis dengan niat yang murni, untuk menyebarkan kebaikan dan kebenaran, adalah bentuk ibadah yang dapat menghantarkan kita menuju keridhaan Allah.

Menulis sebagai Sarana Dakwah dan Penyebaran Ilmu

Menulis adalah alat yang ampuh dalam dakwah. Ketika seorang penulis menyebarkan ilmu yang bermanfaat, dia tidak hanya mempengaruhi pikiran manusia di dunia ini tetapi juga berpotensi mendapatkan pahala jariyah. Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim). Melalui tulisan yang berisi ilmu bermanfaat, seorang penulis bisa memperoleh ganjaran yang tidak terputus, bahkan setelah kematiannya.

Menulis untuk Kebaikan dan Keburukan

Setiap kata yang kita tulis memiliki dampak. Menulis kebaikan dan kebenaran adalah amal shalih yang dapat mendekatkan kita kepada surga. Sebaliknya, menulis kebohongan, kesesatan, adu domba, fitnah, atau informasi yang merugikan adalah perbuatan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah. Dalam surat An-Nur 24 ayat 19, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya, orang-orang yang menginginkan berita bohong itu tersiar di kalangan orang-orang beriman akan mendapat azab pedih di dunia dan di akhirat. Allah mengetahui, sesangkan kamu tidak mengetahui"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun