Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Tawa Berbalik Menjadi Ujian: Jangan Remehkan Orang Lain

13 Agustus 2024   06:47 Diperbarui: 13 Agustus 2024   06:50 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menghina orang lain adalah membuka pintu kejatuhan bagi diri sendiri. | Foto: aconsciousrethink.com

"Jangan tertawakan kekurangan orang lain, karena di balik senyuman itu ada keangkuhan yang siap menjatuhkanmu pada kesalahan yang sama."

Kadang, dalam perjalanan kehidupan ini, kita sering kali tergoda untuk melihat kekurangan orang lain dengan kacamata yang penuh prasangka. Ada rasa geli, aneh, atau tak habis pikir mengapa orang berbuat atau bersikap seperti itu.

Mungkin, ada kalanya juga bibir kita tergerak untuk mentertawakan, atau lebih buruk lagi, menjelek-jelekkan sesama. Namun, sebagai seorang Muslim yang bertakwa, penting bagi kita untuk menyadari betapa berbahayanya perbuatan tersebut, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Tidaklah mungkin seorang hamba Allah yang beriman akan rela menghina, merendahkan, atau memperolok sesamanya, karena setiap manusia memiliki martabat yang harus dijaga.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Hai, orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum lain karena boleh jadi mereka yang diperolok-olok lebih baik daripada yang mengolok-olok..." (QS. Al-Hujurat 49: 11). Ayat ini menegaskan kepada kita betapa Allah melarang kita untuk merendahkan orang lain, karena bisa jadi mereka yang kita hina justru memiliki kedudukan yang lebih tinggi di sisi-Nya.

Dalam hal ini, Ibnul Qoyyim rahimahullah memberikan nasihat yang sangat berharga. Beliau mengatakan, "Siapa yang mentertawakan orang lain maka ia akan ditertawakan lagi... dan siapa yang menjelekkan saudaranya karena sebuah perbuatan maka biasanya ia akan jatuh kepada perbuatan tersebut." Kata-kata ini mengandung hikmah yang dalam. Mentertawakan atau menjelekkan orang lain bukan hanya mencederai hubungan sesama, tetapi juga dapat berbalik menjadi ujian bagi diri kita sendiri. Sebab, Allah Maha Adil dalam segala urusan-Nya.

Pernahkah kita berpikir mengapa Allah melarang kita untuk menjelek-jelekkan orang lain? Hal ini bukan semata-mata agar kita menjaga kehormatan mereka, tetapi juga agar kita terhindar dari keburukan yang kita ciptakan sendiri. Ketika kita merendahkan seseorang karena dosa atau kesalahannya, kita sebenarnya sedang membuka pintu bagi diri kita untuk jatuh pada kesalahan yang sama. Ibnul Qoyyim juga berkata, "Tidak ada seorang hambapun yang memburuk-burukkan orang lain karena sebuah dosa, maka biasanya ia akan jatuh kepada dosa tersebut." Betapa menakutkannya akibat dari perbuatan menjelek-jelekkan ini.

Lalu, bagaimana seharusnya sikap kita ketika melihat saudara kita melakukan kesalahan atau dosa? Apakah kita berdiam diri? Tidak. Kita dianjurkan untuk mendoakan kebaikan bagi mereka, bukan mengolok-olok atau menjelekkan mereka. Sebagaimana Ibnul Qoyyim rahimahullah menasihatkan, "Apabila sampai kepadamu tentang kesalahan seseorang maka ucapkanlah, 'Semoga Allah mengampuni kita dan dia.'" Ucapan ini bukan hanya sekadar doa, tetapi juga cerminan dari kerendahan hati dan kesadaran bahwa kita pun tidak luput dari kesalahan.

Kita semua adalah manusia yang penuh dengan kekurangan. Tidak ada seorang pun yang sempurna. Oleh karena itu, jangan pernah merasa lebih baik atau lebih suci dari orang lain. Ingatlah bahwa penghinaan terhadap orang lain adalah bentuk kesombongan, dan kesombongan adalah sifat yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan." (HR. Muslim).

Sebagai seorang Muslim yang beriman, marilah kita menjaga lisan kita dari perbuatan yang merugikan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Jangan biarkan diri kita terjerumus dalam godaan untuk mentertawakan atau menjelek-jelekkan sesama. Sebaliknya, mari kita hiasi lisan kita dengan kata-kata yang penuh hikmah dan doa, serta tindakan yang mengajak kepada kebaikan.

Akhirnya, semoga Allah SWT menjauhkan kita dari sifat-sifat yang tercela ini, menguatkan hati kita dalam kebenaran, dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang senantiasa menjaga kehormatan diri dan sesama. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang diberikan hidayah dan ampunan oleh-Nya, serta mampu menjalani hidup ini dengan penuh kehormatan dan kasih sayang. Aamiin ya Rabbal 'Alamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun