Sentimen ini diperburuk oleh adanya kelompok sayap kanan yang memanfaatkan situasi untuk menyebarkan kebencian dan memobilisasi massa. Tercatat kerusuhan besar dan chaos terjadi di kota-kota besar seperti Liverpool, Birmingham, Blackpool, Bristol, Hartlepool, Manchester, Nottingham, Hull, Sunderland, Southport, dan Belfast, Irlandia Utara.
"Ini bukan protes, ini adalah kekerasan dan kekacauan yang tak termaafkan," kata Kepala Polisi Northumbria Mark Hall, Sabtu (3/8), dikutip AFP. Akibatnya, kekerasan tersebut menjadi ujian berat bagi Perdana Menteri Keir Starmer yang baru terpilih.
Dampak Sistemik: Kepercayaan pada Informasi dan Ketidakpercayaan pada Otoritas
Masyarakat modern sering bergantung pada informasi yang diterima dari internet dan media sosial. Namun pada saat yang sama, ada ketidakpercayaan yang berkembang terhadap otoritas dan media arus utama. Hal ini menciptakan paradoks di mana informasi yang belum diverifikasi lebih mudah diterima daripada klarifikasi resmi dari pihak berwenang.
Ketika polisi menyatakan bahwa tersangka Axel Rudakubana bukan imigran, sebagian besar masyarakat tetap terpengaruh oleh narasi palsu yang telah menyebar. Kerusuhan yang tak terkendali ini, bahkan oleh Elon Musk diramalkan bisa menyebabkan Inggris menuju perang saudara.
Analisis Sosiologis: Polarisasi dan Kerentanan Sosial
Dari sudut pandang sosiologi, kerusuhan yang terjadi mengindikasikan tingkat polarisasi yang tinggi dalam masyarakat Inggris. Isu-isu identitas, termasuk ras dan agama, menjadi pemicu utama konflik. Polarisasi ini mencerminkan kerentanan sosial yang dapat dieksploitasi oleh penyebar hoaks untuk menciptakan kekacauan.
Kejadian ini juga menunjukkan bagaimana integrasi sosial yang lemah dan ketidakpuasan ekonomi dapat memperparah reaksi masyarakat terhadap informasi yang menyesatkan.
Solusi: Pendidikan dan Regulasi Media Sosial
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif. Pendidikan literasi media harus ditingkatkan agar masyarakat dapat lebih kritis dalam menerima informasi.
Selain itu, regulasi yang lebih ketat terhadap platform media sosial untuk memerangi penyebaran informasi palsu juga harus diterapkan. Platform ini harus bertanggung jawab dalam memastikan bahwa informasi yang beredar telah diverifikasi kebenarannya.