Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manajemen Ego: Menemukan Ketulusan di Tengah Keriuhan Diri

4 Agustus 2024   20:42 Diperbarui: 4 Agustus 2024   20:45 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ego yang terkelola adalah kunci kedamaian hati." | Foto: managementnews.cz

"Ego yang terkendali membuka jalan menuju kedamaian. Ketulusan dan kebahagiaan datang dari kerendahan hati yang sejati."

Pada suatu hari yang penuh dengan kebijaksanaan, Umar bin Khattab, seorang pemimpin besar dalam sejarah Islam, mendengar kritik dari rakyatnya dengan tenang dan penuh hikmah. Dengan kerendahan hati yang tulus, ia berkata, "Jika ada yang melihat saya menyimpang dari jalan yang benar, tegurlah saya, bahkan dengan pedang sekalipun." Kisah ini mengingatkan kita betapa pentingnya mengelola ego demi mencapai ketulusan dan kebaikan sejati.

Dalam kehidupan bernegara dan berbangsa, kita juga mengenal tokoh-tokoh pembaharu yang gagasan-gagasannya gemilang dan didengar oleh masyarakat internasional. Meski pengikutnya banyak dari berbagai kalangan, dalam sikap dan tindakan politiknya mereka senantiasa mengedepankan politik santun, bersih, dan beretika. Gerakan akal sehat telah lama menjadi karakter mereka. Di Indonesia, kita mengenal tokoh-tokoh seperti Bung Hatta, Emil Salim, dan Anies Rasyid Baswedan. Di India, Mahatma Gandhi adalah sosok pembaharu yang berhasil mengelola ego mereka dalam situasi terkini di zamannya.

Dalam kehidupan ini, kita sering dihadapkan pada tantangan yang tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam diri kita sendiri. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana kita mengelola ego.

Ego, dalam pengertian yang lebih luas, adalah kesadaran diri kita yang mengarahkan perilaku dan pandangan kita terhadap dunia. Namun, ego yang tidak terkendali dapat menjadi penghalang besar dalam mencapai kedamaian dan kebahagiaan sejati.

Baru-baru ini, sebuah penelitian di bidang psikologi menunjukkan bahwa orang yang memiliki kesadaran diri yang tinggi cenderung lebih mampu mengelola ego mereka dengan baik. Mereka lebih rendah hati, lebih terbuka terhadap kritik, dan lebih mudah berempati.

Dalam ajaran Islam, kesadaran ini tercermin dalam banyak ajaran dan contoh dari para nabi dan sahabat. Mereka telah mencapai aktualisasi diri yang melampaui kepentingan pribadi. Fokus mereka bukan pada 'saya' atau 'kelebihan saya', tetapi kepada 'kita yang lebih baik' pada kebaikan orang lain dan kemaslahatan umat manusia.

Pakar psikologi Dr. Rostiana, S.Psi., M.Si., pernah menegaskan dalam sebuah tulisan, bahwa "Aktualisasi diri dalam teori humanistik adalah tahap seseorang sudah bisa berorientasi pada eksternal, tidak pada dirinya sendiri. Dia ingin dirinya berdaya, bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan, tanpa perlu diketahui siapapun."

Lebih jauh, teknologi dan media sosial memiliki pengaruh signifikan pada manajemen ego di era digital. Tak sedikit orang yang egonya tinggi menggunakan profil palsu, karakter maya yang direkayasa, hingga pencitraan yang sebenarnya tidak sesuai dengan keadaan dan keaslian diri mereka.

Bahaya Ego Berlebihan

Ego, ketika dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber motivasi dan dorongan untuk mencapai tujuan hidup. Namun, ketika ego tumbuh secara berlebihan dan tidak terkendali, ia dapat membawa berbagai dampak negatif baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun